Perang Iran-Israel Bikin Emas Jadi Primadona? Ini Kata Ahli dan Pilihan Investasi Lainnya

Kamis, 19 Juni 2025 | 17:29 WIB
Perang Iran-Israel Bikin Emas Jadi Primadona? Ini Kata Ahli dan Pilihan Investasi Lainnya
Ilustrasi Perang Iran vs Israel. Dalam kondisi geopolitik yang memanas di sejumlah negara, emas meniadi aset primadona masyarakat. [Tangkapan layar X]

Suara.com - Berkecamuknya perang antara Iran versus Israel dan juga ketidakpastian situasi ekonomi menjadikan emas sebagai salah satu investasi yang diminati.

Head of Investment Product & Advisory PT Bank DBS Indonesia, Djoko Soelistyo menilai emas menjadi salah satu investasi yang memang sangat diminati oleh banyak orang.

Menurutnya, emas juga cocok dalam menghadap tekanaan ketidakpastian ekonomi yang masih berlangsung

"Yang pasti memang saya baca di berita, lumayan orang banyak masuk membeli investasi emas. Pada dasarnya Indonesia, investasi emas sudah dikenali lama. Jadi debgan kondisi sekarnag jadi banyak," kata Djoko dalam acara Media Group Discussion di Four Season Hotel, Jakarta, Kamis 19 Juni 2025.

Selain emas, ada sejumlah rekomendasi investasi yang dapat diambil.

Hal ini untuk menghadapi ketidakpastian perekonomian global akibat ketegangan geopolitik.

Salah satunya perang antara Israel versus Iran. Terlebih,  obligasi masuk dalam daftar instrumen investasi yang tergolong aman.

Menurutnya, obligasi juga menjadi pilihan tepat bagi investor pemula. Apalagi saat ini sejumlah perbankan mulai memperkenalkan obligasi syariah.

"Kalau saya lihat juga, investor pun mulai dari yang paling usia lanjut sampai yang paling muda pun, yang baru pertama investasi itu kebanyakan mereka sudah masuk," bebernya.

Baca Juga: Siap-siap Harga BBM-Sembako Melonjak, Ini Dampak Ngeri Perang Iran-Israel ke Indonesia

Dia menambahkan rata-rata nilai imbal hasil dari investasi obligasi bisa mencapai 6,8 persen dalam kurun waktu 10 tahun.

Sementara di sisi lain, tarif pajak penghasilan (PPh) atas penghasilan berupa bunga obligasi yang diterima investor atau wajib pajak di dalam negeri telah diturunkan menjadi 10 persen dari semula 15 persen.

"Ini investasi trend ke depan juga bagus," jelasnya.

Selanjutnya, reksadana juga menjadi alternatif instrumen investasi yang minim risiko.

Reksadana dianggap aman karena dikelola oleh Manajer Investasi (MI) profesional dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).  

Namun,  Djoko mengingatkan bahwa semua investasi memiliki risiko, termasuk reksadana.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI