Suara.com - Pemerintah Indonesia diminta untuk mengadopsi strategi alternatif dalam menurunkan angka perokok Indonesia agar dampak kesehatan dari merokok turut berkurang.
Salah satunya dengan menyampaikan informasi kepada perokok dewasa mengenai produk tembakau alternatif.
Guru Besar Universitas Sahid Jakarta, Profesor Kholil, mengungkapkan, berdasarkan hasil kajian terhadap 930 responden yang melibatkan sejumlah akademisi, dokter, tenaga kesehatan, perokok dan pengguna produk tembakau alternatif, berhenti merokok merupakan strategi utama untuk mengurangi bahaya merokok.
“Itu yang paling paten, kalau bisa ya,” kata Kholil ditulis Selasa (20/4/2021).
Saat ini, jumlah perokok di Indonesia sebanyak 66 juta jiwa. Kholil melanjutkan, apabila perokok dewasa sulit berhenti merokok secara langsung, maka diperlukan strategi lainnya demi menurunkan bahaya kesehatan akibat rokok.
“Penelitian di Amerika, berhenti merokok langsung hanya efektif 4%-10%, artinya hanya 4-5 orang yang berhasil,” ujarnya.
Karena peluang keberhasilan berhenti merokok secara langsung masih sangat rendah, Kholil menyarankan pemerintah untuk menyiapkan strategi alternatif lainnya.
“Sebagai regulator, pemerintah harus punya tindakan dan kepedulian,” ungkapnya.
Salah satu pilihan lainnya, yang tengah berkembang saat ini, adalah produk tembakau alternatif. Beberapa produknya antara lain, rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, hingga snus.
Baca Juga: Perusahaan Besar Turunkan Golongan Produksi, Rokok Murah Makin Marak
Sejumlah negara seperti Inggris, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru telah mendorong penggunaan produk tembakau alternatif, yang terbukti berdasarkan sejumlah riset independen di berbagai negara, memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok, untuk menurunkan jumlah perokoknya.