Dalam sehari, biasanya Mahmudah mampu melayani 300-400 transaksi, dengan pendapatan Rp 700 ribu per hari. Sementara menjelang hari raya Idulfitri 2021, volume transaksi mengalami peningkatan menjadi 500 transaksi per harinya.
Dari catatan, rata-rata nilai transaksi nasabah mulai dari Rp50 ribu yang terkecil dan terbesar Rp10 juta. Namun jika nasabah tersebut ingin menarik uang lebih dari Rp10 juta, maka harus membuat janji terlebih dahulu, agar Ia dapat mempersiapkan uang tunai.
Jika dibandingkan dengan pendapatan warung kelontong perbedaannya cukup jauh. Omzet yang diperoleh dari warung kelontong hanya Rp 300 ribu per hari. Sedangkan menjadi agen BRILink bisa sampai Rp700 ribu.
“Alhamdulilah, dulu warung kelontong saya masih kecil banget, sempet di garasi rumah. Semenjak menjadi agen saya bisa bangun warung sendiri dan terpisah dengan rumah. Pokoknya sangat terbantu oleh BRI,” ujar ibu dua anak ini.
Mahmudah mengaku, keinginannya ke depan adalah memantapkan diri menjadi Agen BRILink, sebab usaha ini sangat menguntungkan. Ia juga memiliki keinginan membuka cabang keagenan di wilayah Yogyakarta lainnya.
Kini Mahmudah telah memiliki 2 pegawai dan dalam situasi pandemi pun, transaksi Agen BRILink miliknya tidak menurun melainkan mengalami peningkatan lantaran adanya berbagai bantuan yang dikucurkan Pemerintah justru meningkatkan transaksi di Agen BRILink.
“Saya berusaha untuk total saja ke BRI, agar lebih maksimal hasilnya. Harapannya, saya selalu ingin melebarkan sayap menjadi Agen BRILink karena saya inginnya fokus, sudah mendarah daging dan menikmati menjadi Agen BRILink,” pungkasnya.