UMKM Terpaksa Tutup Dampak Wabah, Penyandang Disabilitas Ini Buktikan Mampu Bangkit

Selasa, 05 Oktober 2021 | 10:09 WIB
UMKM Terpaksa Tutup Dampak Wabah, Penyandang Disabilitas Ini Buktikan Mampu Bangkit
Emi Kartini menerima vaksin dari petugas kesehatan yang mendatangi rumah warga disabilitas di wilayah RT 28/RW 10, Kalurahan Giwangan, Kemantre Umbulharjo, Kota Jogja, Senin (4/10/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Suara.com - Pandemi virus corona yang menerjang planet ini jadi cobaan berat bagi banyak orang, tidak terkecuali Emi Kartini, warga Kemantren Umbulharjo, Kota Jogja.

Hidupnya belakangan makin sulit usai usaha sembako yang ia bangun bertahun-tahun. Emi dan keluarganya kini hanya bertumpu dengan penghasilan suami yang bekerja di salah satu sekolah di Jogja.

Kisah hidup Emi bisa dibilang makin membuatnya kuat setelah 10 bulan lalu ia tidak lagi bisa beraktivitas normal karena tubuh bagian kirinya mati rasa.

Emi tak pernah menyangka, mati rasa tubuh bagian kiri yang tiba-tiba ia alami bisa merubah hidupnya. Penyakit stroke itu membuat ia pasrah dengan kondisinya saat itu.

Emi sendiri adalah sosok yang dikenal ramah di lingkungannya. Ia juga kerap turut serta dalam berbagai kegiatan di lingkungannya.

Penyakitnya itu hingga kini belum diketahui sebab pastinya. Namun, dugaan kuat mencuat, penyakit itu datang tidak lama setelah ia bersama tetangganya berkunjung ke Kulonprogo.

Saat itu, mereka bertujuan untuk studi potensi destinasi wisata desa di daerah itu dan bisa diaplikasikan di kampungnya.

"Ketika kembali ke rumah itu badan rasanya sakit. Setelah solat tahajud saya seperti ngeces (tidak bisa menelan air liur) terus dan bagian tubuh kiri saya tidak bisa bergerak," terang Emi dikutip dari SuaraJogja.id saat menerima vaksin di kediamannya, Senin (4/10/2021).

Lantaran khawatir gejala tersebut kian parah keluarga lantas membawanya berobat ke Rumah Sakit. Dari pemeriksaan itu, diketahui Emi mengalami stroke.

Baca Juga: Ini Empat Hal yang Mesti Diperhatikan JIka Ingin Pandemi Covid-19 Berubah Jadi Endemi

Cobaan ini membuat Emi makin tertekan, lantaran saat itu wabah COVID-19 tengah meninggi. Kondisi keuangan keluarganya saat itu makin sulit karena usahanya terpaksa tutup.

"Sejak sakit sampai hari ini tidak pernah jualan lagi. Bergerak tidak bisa, sehingga hanya bergantung kepada suami saja," ujar dia.

Meski awalnya pasrah, Emi percaya bahwa keinginannya untuk terus berjuang akan menghasilkan hal baik. Segala upaya seperti mengonsumsi obat tradisional ia lakukan.

"Ketumbar dan irisan bawang merah itu direbus, airnya saya minum, agak getir memang, tapi saya konsisten agar bisa pulih. Selain itu ada tambahan obat penurun tensi dari dokter. Harapannya bisa meredakan sakit itu," kata dia.

Kondisinya yang kini hanya bisa beraktivitas di kursi roda membuatnya makin khawatir mudah terpapar virus corona.

Tak jarang ia mencoba menanyakan apakah orang seperti dirinya memiliki kesempatan untuk dapat vaksin.

"Apakah aman atau tidak orang sakit seperti saya boleh menerima vaksin. Karena dulu masih awam dan masih simpang siur soal vaksin ini, akhirnya saya masih urung divaksin," jelas dia.

Kini, makin banyaknya program vaksinasi yang digalakkan berbagai pihak akhirnya berhasil menyentuh kalangan disabilitas seperti Emi.

Meski demikian, Emi masih ragu hingga memilih mengurungkan niatnya lagi untuk mendapat vaksin.

Meski sempat putus asa untuk menerima vaksin, harapannya kembali muncul. Menyusul dengan program Pemkot Yogyakarta dengan mendatangi rumah warga yang belum divaksin.

Mendapat vaksin dosis pertama, Emi bisa sedikit lega. Selanjutnya pemulihan dari stroke sedang ia lakukan. Dia berharap dengan dukungan keluarga dan semangat untuk sembuh dia bisa beraktivitas seperti normal pada umumnya.

Lurah Giwangan, Dwi Ernayati menyebut bahwa memang jumlah disabilitas di wilayahnya sedikit. Namun untuk pelayanan seperti vaksin menjadi prioritas dalam mencapai kekebalan kelompok.

"Ya ada beberapa warga yang belum mendapat vaksin. Jadi kami lakukan dengan mendatangi rumah mereka, karena mereka juga mengalami keterbatasan akses seperti disabilitas dan lansia," kata Erna.

Pemkot saat ini tengah menggalakkan program vaksinasi dengan sistem jemput bola hingga memudahkan para warga yang kesulitan mendatangi lokasi vaksin.

Sebanyak 1.030 orang menjadi sasaran vaksin saat ini di Giwangan. Pihaknya juga mengejar target tersebut segera tercapai.

"Tapi kami juga menerima warga luar Giwangan yang ingin divaksin di tempat ini. Tujuannya juga agar seluruh warga Jogja sudah tervaksin sehingga program tuntas vaksin juga selesai," kata Erna.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI