“Melihat kenaikan harga yang demikian tinggi maka diusahakan jangan sampai Rp20.000 per liter, sebagai referensi dipakailah minyak goreng kemasan sederhana itu,” kata Sahat dikutip dari Solopos.com --jaringan Suara.com.
Inisiatif ini diprakarsai oleh GIMNI bersama dengan Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI). Keduanya juga menggandeng Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) untuk memastikan distribusi minyak goreng yang dipatok seharga Rp14.000 di gerai ritel modern.
“Supaya tidak terjadi spekulasi di pasar tradisional makanya kita melalui ritel ada Aprindo yang menjamin bahwa harga tidak akan dinaikkan di atas Rp14.000,” kata dia.
Minyak goreng murah direncanakan tetap bertahan hingga komoditas strategis tersebut kembali normal seusai siklus komoditas CPO.
“Kami akan terus melihat pergerakan harga, kalau harga CPO cost, insurance dan freight (CIF) Rotterdam masih di angka US$1.500 kita masih akan tetap jalan, target kita sampai di kisaran harga US$1.100 lah, menurut perhitungan kami setelah semester II/2022,” kata dia.