Program Rehabilitasi Terumbu Karang Pupuk Kaltim Telah Berjalan 12 Tahun

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 06 Januari 2022 | 07:53 WIB
Program Rehabilitasi Terumbu Karang Pupuk Kaltim Telah Berjalan 12 Tahun
Pupuk Kaltim menjalankan komitmen rehabilitasi terumbu karang di perairan Kota Bontang.

Mereka juga berperan dalam menjaga konservasi terumbu, dengan melakukan pemantauan secara rutin dan mengedukasi nelayan lain untuk tidak lagi menangkap ikan secara destruktif.

“Kini kelompok Kimasea telah meninggalkan kebiasaan pencarian ikan dengan cara illegal. Bahkan mereka secara sukarela juga bersedia menjaga terumbu karang buatan yang telah diturunkan melalui monitoring berkala,” kata Rahmad.

Selain didapati 38 genus karang, kawasan rehabilitasi terumbu buatan PKT ini juga mengalami peningkatan jenis ikan mencapai 38 family ikan karang dari sebelumnya 6 family ikan karang pada 2009, dengan indeks keanekaragaman hayati karang sebesar 3,21 dan indeks keanekaragaman hayati ikan karang 1,94 pada pemantaun terahir.

Beberapa jenis ikan karang yang ditemukan di sekitar terumbu buatan PKT adalah ikan kepe-kepe (butterflyfish), kakatua (parrotfish), kakap (snapper), kerapu (grouper), botana (surgeonfish), baronang (rabbitfish), ikan ekor kuning (fusilier), ikan bibir tebal (sweet lips) dan udang mantis.

Dari jenis tersebut, ikan yang dominan ditemukan pada kurun 2009-2016 yakni ikan pemakan algae pada permukaan terumbu buatan, seperti parrotfish, rabbitfish dan surgeonfish. Ada juga ikan fusilier yang merupakan pemakan plankton, yang tersebar di sekitar terumbu buatan.

Sedangkan pada 2017-2019, ditemukan ikan konsumsi dengan ukuran besar, seperti kerapu (goupper) dengan ukuran lebih dari 30 cm. Jumlah ini semakin berkembang hingga 2021, seiring kenaikan jumlah penempelan karang pada terumbu pasca dilakukan transplantasi untuk mempercepat pertumbuhan.

“Pemantauan terumbu buatan rutin dilakukan oleh Departemen Lingkungan Hidup PKT dan Departemen CSR, bekerjasama dengan Pupuk Kaltim Diving Club (PKTDC), untuk mengetahui organisme karang yang tumbuh pada permukaan terumbu, serta jumlah ikan yang memanfaatkan keberadaan terumbu tersebut,” lanjut Rahmad.

Meski begitu, tak dipungkiri masih didapati beberapa terumbu yang mati akibat alam dan perilaku manusia, seperti bleaching coral (pemutihan) karena meningkatnya suhu dalam laut yang terjadi secara perlahan (global warming effect), maupun kerusakan lain akibat terkena jangkar kapal yang melintas hingga penyelam yang kurang bertanggungjawab.

Hal ini menjadi perhatian PKT untuk terus mengembangkan pengelolaan program rehabilitasi terumbu secara berkesinambungan, termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat dengan mengajak seluruh pihak berperan untuk lebih berkomitmen menjaga ekosistem perairan secara konsisten.

Baca Juga: Tutup Tahun Produksi 2021, Kinerja Produksi Pupuk Kaltim Lampaui Target RKAP

Apalagi Kota Bontang dengan luas perairan mencapai 70% dari total wilayah, memiliki potensi besar akan hasil perikanan dan kelautan, termasuk beragam pulau kecil yang tersebar di batas laut terluar, merupakan bagian dari Segitiga Terumbu Karang Dunia (Coral Triangle) yang dicadangkan sebagai Pusat Keanekaragaman Hayati Laut bagi keamanan pangan dunia.

“Ini menjadi konsen PKT ke depan, dengan meningkatkan realisasi dan capaian target program rehabilitasi terumbu karang di perairan Bontang. Langkah ini akan terus kita lanjutkan untuk mengembalikan populasi ikan dan terumbu, sehingga manfaat tak hanya dirasakan masyarakat dan daerah tapi juga ekosistem perairan secara luas,” pungkas Rahmad.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI