"Pasar minyak berada dalam explosive mood atas meningkatnya kemarahan terhadap Rusia," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.
"Orang-orang tidak ingin berurusan dengan negara yang melakukan kekejaman ini di Ukraina," tambahnya.
Kedua tolok ukur itu meroket ke tingkat tertinggi multi-tahun selama sesi tersebit, dengan Brent melonjak ke posisi USD119,84, level tertinggi sejak Mei 2012 dan WTI mencapai posisi tertinggi sejak September 2008 di USD116,57.
Washington dan sekutu Baratnya memberlakukan sanksi terhadap Rusia, tetapi tindakan tersebut sejauh ini tidak menargetkan ekspor minyak dan gas Rusia.
Putaran sanksi baru yang diumumkan Gedung Putih, Rabu, melarang ekspor teknologi penyulingan tertentu, mempersulit Rusia untuk memodernisasi kilang minyak.
Trader tetap waspada terhadap minyak Rusia. Setidaknya 10 kapal tanker gagal menemukan pembeli pada Rabu, kata sumber pasar.
Kanada mengatakan akan menghapus status negara paling disukai bagi Rusia dan Belarusia sebagai mitra dagang, dan akan memberikan bantuan militer tambahan ke Ukraina.
Brent melambung hampir 25 persen sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, sebuah tindakan yang disebut Moskow sebagai "operasi khusus."
Spread enam bulan Brent mencapai rekor tertinggi lebih dari USD21 per barel, menunjukkan pasokan yang sangat ketat.
Baca Juga: Pedagang Pasar Tradisional di Palembang Mulai Jual Minyak Goreng Satu Harga