Suara.com - Disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto, ada penurunan ekspor industri pengolahan hingga 25,92 persen pada Mei 2022 dibandingkan April 2022.
"Jadi, yang mengalami penurunan secara month to month (MoM) ini, utamanya adalah industri pengolahan yang mengalami penurunan ekspor terdalam, yaitu turun 25,92 persen. Untuk minyak kelapa sawit, kita mengalami restriksi ekspor pada Mei lalu, sehingga minyak kelapa sawit mengalami penurunan ekspor pada Mei 2022," kata Setianto.
Ia menjelaskan, penurunan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terlihat dari data ekspor komoditas itu ke India yang turun 100 persen pada Mei 2022 menjadi 0 rupiah dari April 2022 sebesar 376,60 juta dolar AS.
Selanjutnya, ekspor minyak sawit ke Pakistan juga turun 90,17 persen menjadi 21,90 juta dolar AS dari sebelumnya 222,80 juta dolar AS pada April 2022.
Sementara penurunan ekspor minyak sawit terbesar terjadi dari Riau yang menurun 91,57 persen menjadi 84,40 juta dolar AS pada Mei 2022 dibandingkan April 2022 sebesar 1 miliar dolar AS.
Ia menambahkan, nilai ekspor RI pada Mei 2022 mencapai 21,51 miliar dolar AS atau turun 21,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Kendati demikian, nilai ekspor tersebut mengalami peningkatan 27 persen jika dibandingkan ekspor pada Mei tahun sebelumnya.
Menurut Setianto, penurunan ekspor Mei 2022 terjadi hampir di semua sektor, baik sektor industri pengolahan; pertanian, kehutanan, dan perikanan; serta industri pertambangan.
"Hanya sektor migas yang mengalami peningkatan ekspor pada Mei 2022 sebesar 4,38 persen," ujar Setianto.
Baca Juga: 5 Kontroversi Mendag Lutfi yang Kini Diisukan Kena Reshuffle
Adapun ekspor sektor pertanian mengalami penurunan 25,92 persen, dengan penurunan terbesar terjadi pada ekspor sarang burung walet dan tanaman obat.