Selama menjadi visiting professor, Kim mencermati betul strategisnya lokasi kampus Presuniv yang berada di tengah-tengah kawasan industri Jababeka, yang tercatat sebagai kawasan industri terbesar se-Asia Tenggara. Di kawasan ini ada sekitar 1.750 perusahaan dengan skala kecil, menengah dan besar. Dan, ada pula perusahaan berskala nasional dan multinasional. Di antaranya adalah chaebol asal Korea Selatan, seperti Hyundai, Samsung atau LG.
Di sisi lain, seiring dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi digital, yang berperan penting dalam Revolusi Industri 4.0, Kim menilai kawasan industri Jababeka layak untuk menjadi Silicon Valley-nya Indonesia. Kim juga melihat Presuniv dapat memainkan peran penting untuk mendukung hadirnya Silicon Valley-nya Indonesia tersebut di Jababeka.
“Presuniv dapat memberikan dukungan dalam bentuk riset dan memasok talenta-talenta yang sejalan dengan kebutuhan Revolusi Industri 4.0.” kata Kim.
Langkah itu sudah dilakukan Presuniv. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, Presuniv dan Jababeka berkolaborasi dengan mendirikan Fabrication Laboratory atau FabLab. Kelak, FabLab akan berperan membantu perusahaan-perusahaan yang ingin migrasi dari Revolusi Industri 3.0 ke Revolusi Industri 4.0. Selain itu, FabLab juga menjadi tempat bagi civitas academica di lingkungan Presuniv untuk belajar dan mengembangkan ide-ide inovasi yang selaras dengan Revolusi Industri 4.0.
“Sebagai visiting professor, saya berharap bisa ikut mengambil peran untuk menjadikan Presuniv sebagai kampus yang dapat memimpin dalam penerapan Artificial Intelligence (AI).” kata Kim.
AI adalah salah satu teknologi yang berperan penting dalam Revolusi Industri 4.0.
Dalam suatu kesempatan, Kim memaparkan dalam kuliah tamunya bahwa untuk menguasai AI Data Analitycs hanya membutuhkan waktu lima jam. Menggunakan aplikasi Orange Data Mining, Kim menjelaskan tentang proses data mining dan data analitycs melalui konsep visual programming.
“Dengan aplikasi Orange Data Mining, seseorang tidak lagi harus belajar coding untuk melakukan AI Data Analytics,” urainya.
Selain itu, Kim juga ingin ikut bisa berperan untuk semakin memperkuat internasionalisasi Presuniv. Apalagi selama ini Presuniv sudah banyak merekrut dosen asing dan menyelenggarakan sistem perkuliahannya dengan menggunakan bahasa Inggris.
“Saya akan mendorong Presuniv untuk aktif melakukan kerja sama pada tingkat global baik dengan sesama universitas di luar negeri maupun dengan perusahaan-perusahaan asing,” papar Kim.
Baca Juga: Gandeng PIM, President University Sediakan 400 Beasiswa S1
Bicara soal Humane Entrepreneurship, Kim menekankan tentang pentingnya peran Chief Executive Officer atau CEO.
“Dalam bisnis, CEO memiliki peran lebih dari 80%. Jadi, sangat penting bagi seorang CEO untuk memahami konsep dan penerapan dari Humane Entrepreneurship.” Kata Kim, jika CEO bisa menerapkan konsep Humane Entrepeneurship, karyawan akan mampu mengeluarkan ide-ide terbaiknya dan meningkatkan keterlibatan di perusahaan. Jika karyawan mampu memberikan ide dan kinerja terbaiknya, perusahaan tentu akan mendapatkan hasil yang terbaik pula.”
Agar tak salah jalan dalam menerapkan konsep Humane Entrepreneurship, seorang CEO perlu memiliki “bintang timur”. Dengan panduan “bintang timur”, seorang CEO yang berjalan di tengah gelapnya malam pun sekalipun akan menemukan arah yang benar. Lalu, apa sejatinya “bintang timur” bagi seorang CEO? Kim menjawab tegas, “Kemanusiaan atau humanity!”
Kim menguraikan, “Bisnis haruslah mengerjakan sesuatu yang baru dan ditujukan untuk menyenangkan banyak orang. Agar bisa melakukan itu, bisnis harus dikerjakan dengan hati, dengan kemanusiaan. Jika tanpa hati, tidak ada rasa kemanusiaan, bisnis ibarat senjata.” Bisnis semacam ini bisa merugikan banyak orang.
Contohnya adalah Adolf Hitler yang oleh Kim disebut sebagai salah seorang marketer terbaik di dunia. Katanya menjelaskan, “Hitler adalah orang yang sukses dalam melakukan persuasi dengan memperkenalkan neraka sebagai surga. Hitler juga orator yang sangat persuasif.” Lewat propagandanya, urai Kim, Hitler mampu meyakinkan banyak orang bahwa dunia yang sedang dibangunnya adalah surga.
“Apa yang Hitler lakukan itu sangat cerdas. Tapi, dia tak punya hati dan rasa kemanusiaan. Akibatnya 52 juta orang meninggal karena ulah Hitler,” cetus Kim.