Piala Dunia: Jerman Terancam Kehilangan Sponsor Usai Protes Larangan Ban 'One Love'

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 24 November 2022 | 08:37 WIB
Piala Dunia: Jerman Terancam Kehilangan Sponsor Usai Protes Larangan Ban 'One Love'
Kiper Jerman Manuel Neuer (kanan) kebobolan saat pertandingan sepak bola Grup E Piala Dunia 2022 antara Jerman dan Jepang di Stadion Internasional Khalifa di Doha, Qatar, Rabu (23/11/2022). [ADRIAN DENNIS / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Timnas Jerman terancam kehilangan salah satu sponsor mereka usai dianggap bereaksi berlebih terhadap larangan ban lengan one love di Piala Dunia 2022 Qatar.

Jaringan bisnis retail REWE kabarnya memutuskan untuk membatalkan kerja sama mereka dengan federasi sepak bola Jerman, DFB pasca kritik tajam terhadap Jerman yang dituduh terlalu politis. Selain itu, kekalahan dengan Jepang juga semakin memperburuk situasi tersebut.

Belakangan, reputasi Jerman menurun drastis dengan empat presiden sebelumnya mengundurkan diri di tengah tuduhan korupsi dan beberapa skandal yang menjerat mereka.

Untuk diketahui, DFB saat ini merespon larangan penggunaan ban one love yang merujuk pada pembelaan kaum homoseksual atau LGBT dengan tuntutan hukum terhadap FIFA.

DFB mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sekarang sedang mengupayakan tuntutan hukum menyusul keputusan FIFA.

"DFB berada dalam oposisi mendasar di dalam FIFA," ujar Juru bicara pemerintah Jerman, Steffen Hebestreit.

Menurut dia, larangan memakai ban kapten One Love sangat berlawanan dengan HAM karena dianggap berpihak pada LGBTQ yang sangat dilarang di Qatar.

"Hak orang LGBTQ tidak dapat dinegosiasikan," kata Hebestreit, dikutip dari Daily Mail UK, pada Kamis(24/11/2022).

Jerman kini juga mempertimbangkan untuk mengambil tindakan hukum terhadap FIFA agar tidak melarang penggunaan ban pelangi.

Baca Juga: Belgia Menang 1-0, Roberto Martinez Akui Kanada Bermain Lebih Baik

Sementara, Qatar menegaskan pahwa homoseksualitas, lesbian, queer dan semacamnya adalah ilegal di negara mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI