Sinergi Pengelolaan Pelabuhan di Indonesia Meningkatkan Efisiensi Operasional dan Pengembangan Ekonomi

Senin, 04 September 2023 | 17:15 WIB
Sinergi Pengelolaan Pelabuhan di Indonesia Meningkatkan Efisiensi Operasional dan Pengembangan Ekonomi
Ilustrasi pelabuhan. (Shutterstock)

Suara.com - Sebagai negara kepulauan, pelabuhan di Indonesia merupakan pintu masuk pergerakan aktivitas masyarakat dan distribusi berbagai barang, baik dalam negeri maupun ekspor. Peran pelabuhan Indonesia sangat penting untuk mengatur dan mengelola semua kegiatan tersebut dengan cepat dan tepat waktu.

PT Pelindo (Persero) merupakan kepanjangan tangan negara untuk mengelola pelabuhan yang tersebar dari wilayah barat hingga timur Indonesia. Sebelumnya, pelabuhan di Indonesia dikelola oleh empat perusahaan BUMN dengan nama PT Pelindo I (Persero), PT Pelindo II (Persero), PT Pelindo III (Persero), PT Pelindo IV (Persero).

Pada 1 Oktober 2021, keempat BUMN digabung atau merger berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2021 tentang Penggabungan PT Pelindo I (Persero), PT Pelindo II (Persero), PT Pelindo III (Persero), PT Pelindo IV (Persero).

Pertumbuhan Industri

Pada tahun 2022, perusahaan mampu membuat laba bersih sebanyak Rp3,9 triliun, atau naik 23 persen secara year on year (YoY) dibandingkan tahun 2021. Kinerja ini merupakan hasil merger pada tahun 2021 yang menjadikan sinergi melalui konsolidasi, integrasi, dan memaksimalkan kapasitas keuangan, operasional, komersial, hingga pengembangan sumber daya manusia.

Direktur Utama PT Pelindo, Arif Suhartono mengatakan, merger ini dapat membuat sinergi antarentitas dalam Pelindo Group, sehingga pengelolaan pelabuhan di Indonesia dapat dilakukan secara terpusat dan optimal.

Setelah merger, pengelolaan dari sisi operasional meningkat, misalnya pergerakan peti kemas pada tahun 2022 mencapai 17,2 juta twenty foot equivalent unit (TEUs), atau naik 1 persen dibandingkan tahun 2021. Arus barang juga mencapi 160 juta ton, atau naik 9 persen dibandingkan tahun 2021.

Selain itu, jumlah keluar masuknya kapal di pelabuhan Pelindo mencapai 1,2 miliar gross tonnage atau GT, naik 1 persen dibandingkan tahun 2021. Sedangkan jumlah penumpang tembus hingga 15 juta orang, atau bertambah 86 persen dibandingkan tahun 2022.

Menurut Arif, hal lain yang menjadi catatan dalam kinerja setelah merger ini adalah meningkatnya produktivitas bongkar muat peti kemas di sejumlah terminal peti kemas. Hal ini bisa dilihat dari parameter boks per kapal per jam (BSH) dan berkurangnya waktu sandar kapal di pelabuhan dengan melihat lama hari kapal bersandar.

Baca Juga: Surveyor Indonesia Perkuat SDM, Tingkatkan Peran Pengembangan Ekonomi Nasional

“Semakin pendek waktu sandar dan bongkar muat, bagi kami membuat biaya operasional semakin efisien dan membuat trafik kapal meningkat. Ini sangat bermanfaat bagi pemilik kargo dan perusahaan kapal,” katanya.

Contoh lain efektivitas ini adalah kinerja di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan dan Makasar.

Di Belawan, jumlah bongkar muat naik 20 boks menjadi 45 boks per kapal per jam. Hal itu membuat waktu sandar kapal berkurang dari dua hari menjadi satu hari.

Sedangkan di Makasar, bongkar muat dari 20 boks menjadi 42 boks, yang berdampak waktu sandar kapal hanya satu hari, dari sebelumnya dua hari. Masih di Makasar, Terminal Makassar New Port terjadi peningkatan kecepatan bongkar muat dari 20 boks menjadi 39 boks, dengan waktu sandar turun dari dua hari menjadi satu hari.

Meningkatnya kecepatan bongkar muat dan berkurangnya waktu sandar, bagi Pelindo berdampak terhadap biaya operasional yang semakin efisien. Ini terlihat dalam kinerja triwulan I tahun 2022, yang berhasil mencetak laba bersih hingga Rp 670 miliar, atau naik 67 persen dibandingkan periode sama tahun 2021.

Pencapain itu tidak membuat Pelindo puas, sehingga persero terus mengembangkan sistem agar pelabuhan peti kemas dapat terintegrasi dengan membuat Terminal Operating Sytem (TOS) Nusantara.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI