Sistem ini dipakai untuk merancang, mengendalikan, memantau, dan membuat laporan seluruh aktivitas pelabuhan seperti bongkar muat, penumpukan, pemindahan dan pengaturan keluar pelabuhan.
TOS Nusantara ini sudah diterapkan di Terminal Peti Kemas Tanjung Priok, Makassar, dan secara bertahap akan dioperasikan di seluruh Indonesia.
Non Peti Kemas
Sementara itu, PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) sebagai Subholding BUMN PT Pelindo (Persero) mencatatkan pertumbuhan positif kinerja operasional pada semester pertama tahun 2023. PT SPMT merupakan perusahaan pelabuhan yang mengelola segmen terminal non peti kemas di Indonesia.
Sampai Juni 2023, arus bongkar muat komoditas curah cair tembus 13,5 juta ton, atau meningkat 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Sedangkan komoditas curah kering mencapai angka 25,5 juta ton atau naik 13 persen.
Kemudian bongkar muat general cargo mencapai 7,7 juta ton, atau bertambah 29 persen. Peningkatan hingga 17 persen juga terjadi pada komoditas gas yang mencapai 6,1 juta MMBTu (Metric Million British Thermal Unit). Sementara arus kendaraan yang dilayani oleh PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk pada semester pertama mencapai 738.876 unit, alias naik 36 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Fiona Sari Utami, Sekretaris Perusahaan PT Pelindo Multi Terminal, mengatakan, proses transformasi masih terus berjalan di internal perusahaan dan juga pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin baik.
“Kami optimistis, kinerja perusahaan terus meningkat di tahun ini dan dapat memenuhi harapan para pemegang saham,” katanya.
Peningkatan Sektor Wisata
Baca Juga: Surveyor Indonesia Perkuat SDM, Tingkatkan Peran Pengembangan Ekonomi Nasional
Pelindo sebagi pengelola pelabuhan di Indonesia memiliki peran lainnya, yakni meningkatkan pariwisata di Indonesia, dengan mengelola atau mengembangkan pelabuhan menjadi modern dan ramah wisatawan. Pasalnya pelabuhan juga sebagai pintu gerbang sebuah negara, sehingga citra negara bisa terlihat melalui pengelolaan pelabuhan.
Satu diantaranya, Pelindo terus melakukan percepatan pembangunan Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sudah dikerjakan sejak tahun 2019, dan ditargetkan rampung pada tahun 2024.
Untuk merampungkan BMTH, persero mengotimalkan bantuan negara berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) hingga mencapai Rp1,2 triliun.
BMTH ini dikembangkan untuk mendukung pariwasata dan kegiatan ekonomi bisnis lainnya. Di kawasan ini, nantinya bakal melayani kapal pesiar atau cruise yang memiliki panjang kapal hingga 350 meter dan mampu membawa penumpang hingga 6.000 wisatawan.
Kawasan BMTH iakan memberikan dampak ekonomi kepada pemerintah daerah, pusat, dan masyarakat di sekitar di kawasan ini, yang juga meningkatkan devisa dan pertumbuhan industri UMKM. BMTH ini diproyeksikan tidak hanya sebagai tempat sandar kapal pesiar terbesar di Indonesia, tetapi terbesar di Asia.
Sebagai pusat pariwisata kemaritiman, kawasan ini dilengkapi dengan marina yacht, yacht club, theme park, sport facility, serta dilengkapi dengan beragam fasilitas yang mendukung industri dan aktivitas perekonomian seperti LNG terminal, liquid cargo storage, wet berth, dry berth, Bali fish market, dan retail UMKM.