Kampung Tanpa Internet Itu Kini Jadi Pionir Akses Jaringan Tanpa Batas

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 19 Oktober 2023 | 14:07 WIB
Kampung Tanpa Internet Itu Kini Jadi Pionir Akses Jaringan Tanpa Batas
Warga Ngentak Mangir gotong royong mempersiapkan perangkat jaringan internet untuk kampung mereka [Suara.com-Hadi/Dokumen Arsip Yahya]

Guna mendukung operasional ketersediaan internet di Ngentakmangir, kata Yahya, warga iuran untuk mengumpulkan dana untuk langganan internet yang berhasil mereka upayakan secara swadaya itu.

"Agar koneksi yang didapat stabil. Kami mengupayakan agar ada jadwal untuk warga yang kemudian dikumpulkan di satu tempat dengan koneksi yang stabil," ungkap Yahya.

Warga Ngentak Mangir gotong royong mempersiapkan perangkat jaringan internet untuk kampung mereka [Suara.com-Hadi/Dokumen Arsip Yahya]
Warga Ngentak Mangir gotong royong mempersiapkan perangkat jaringan internet untuk kampung mereka [Suara.com-Hadi/Dokumen Arsip Yahya]

Seiring waktu berjalan, kebutuhan internet semakin tinggi. Terlebih, dengan adanya kebijakan sekolah daring dan work from home memaksa masyarakat di Ngentakmangir akan kebutuhan internet yang lebih besar.

Warga lantas kembali berupaya secara swadaya untuk menghadirkan koneksi internet dengan kecepatan yang lebih dapat diandalkan. Sayang, karena jarak tower penyedia layanan yang cukup jauh, membuat mereka kesulitan mendapatkan hal ini.

Ditambah lagi, biaya pembangunan tower baru untuk menangkap sinyal sangat mahal dan tidak terjangkau untuk kantong warga. Namun, hal ini tidak menghentikan warga Ngentakmangir.

Yahya bersama warga lantas berinisiatif untuk memodifikasi antena penangkap sinyal. Penangkap sinyal buatan sendiri ini dibuat menggunakan paralon besi dan sejumlah perlengkapan yang terbuat dari stainless.

Setelah berhasil memindahkan tower, warga kemudian menarik kabel dari satu rumah ke rumah lainnya untuk dipasang sebagai pemancar WiFi. Semua proses ini dilakukan secara gotong royong, termasuk tenaga dan biaya yang diperlukan.

Hingga pada akhirnya, hampir seluruh rumah di kampung tersebut telah dilengkapi dengan pemancar WiFi masing-masing. Dengan kerja sama dan semangat gotong royong, mereka berhasil menciptakan lingkungan yang memungkinkan sekolah daring dapat dilakukan dari rumah masing-masing.

"Uang dari warga yang ingin mendapatkan akses internet kita gunakan untuk membayar biaya langganan internet. Selain itu , uang yang kita dapatkan secara bulanan itu (sisanya) kita simpan sebagai uang kas," ungkap Yahya.

Baca Juga: Kominfo Sorot Ancaman Hoaks Berbasis AI Jelang Pilpres 2024, Siapkan Aturan Khusus

Uang kas itu, kata Yahya, digunakan untuk berbagai kebutuhan operasional jaringan internet wi-fi kampung, salah satunya perawatan.

Semua uang dari warga sepenuhnya digunakan untuk mendukung kemudahan akses internet untuk masyarakat sendiri. Yahya dan pegiat internet kampung Ngentakmangir sama sekali tidak mengambil keuntungan dari aksi mereka.

Yahya menegaskan bahwa sistem gotong royong ini masih berlangsung hingga saat ini, di mana setiap warga turut menanggung biaya langganan dan iuran bulanan yang digunakan untuk membayar tagihan dari penyedia layanan.

Kebersamaan dan gotong royong ini berbuah manis. Kampung Ngentakmangir yang dulu kesulitan mendapatkan akses internet didapuk menjadi kampung internet yang tersedia selama 24 jam.

Kisah di Kampung Ngentakmangir adalah satu dari sekian kawasan yang masih terisolasi akses internet.

Berdasarkan data yang dikutip dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) RI, hingga awal tahun 2023, ada 2881 desa yang belum mempunyai akses internet memadai.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI