Jika produk tersebut rusak, maka ketersediaannya juga terganggu, yang ujungnya juga memicu kenaikan harga barang.
"Sehingga, pemerintah juga perlu mempertimbangkan dalam penyediaan infrastruktur cold storage di pasar-pasar dan lemari freezer untuk pedagang, untuk membantu penyimpanan produk yang memiliki masa guna yang singkat," urainya lagi.
Ia menekankan, untuk transportasi khususnya moda transportasi laut biayanya sudah cukup murah, tetapi dari sisi transportasi daratnya mahal, _apalagi ketersediaannya tidak dipertimbangkan maka tetap saja harga produk atau barang akan mahal.
"Transportasi laut itu murah. Untuk pengangkutan barang dari Jakarta ke Singapura, itu biayanya hanya 427 Dollar Amerika atau setara Rp6,9 juta atau hanya Rp4.800 per kilometer. Sementara, Jakarta Karawang yang berjarak 76 kilometer, Rp2,5 hingga Rp3 juta, artinya per kilometer-nya sekitar Rp40 ribu lebih. Itu di Jakarta ya, apalagi jika di daerah, seperti Kalimantan," kata BHS lebih lanjut.
Ini, lanjutnya, adalah PR bagi pemerintah, untuk memastikan ketersediaan infrastruktur jalan yang layak, yang memungkinkan transportasi darat bisa lebih murah, baik foreland maupun hinterland. Karena mengandalkan kehadiran tol laut saja, tidak cukup untuk mengurangi biaya transportasi.
"Apakah dengan menyediakan jalan raya yang lebih banyak lajurnya atau dengan memperbanyak infrastruktur rel dan rangkaian kereta logistik. Karena kereta pengangkut logistik itu, baik secara jumlah barang yang diangkat maupun waktu pengangkutan, itu jauh lebih efisien, dibandingkan menggunakan truk pengangkut barang," ujarnya.
Terakhir, ia mengharapkan semua pihak terkait bisa memahami keterkaitan antara logistik dengan harga produk secara lebih menyeluruh.
"Tidak bisa jika hanya disalahkan sektor transportasi saja, apalagi jika disebut itu adalah transportasi laut yang mengambil porsi besar. Karena, secara fakta, cost terbesar logistik itu ya di wilayah perdagangan-nya. Butuh pembenahan, baik regulasi hingga infrastruktur," pungkas Politisi Gerindra ini.
Baca Juga: KAI Logistik Targetkan Kelola 28 Juta Ton Batu Bara