Bungaran juga menekankan pentingnya peningkatan produktivitas dan perluasan kebun sawit, baik milik rakyat maupun perusahaan, dengan tetap berpegang pada standar keberlanjutan dan reforestasi global.
"Jika hal ini dapat kita lakukan, maka kita tidak hanya akan memperoleh keuntungan ekonomi, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan dunia," tutupnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur PT RPN, Iman Yani Harahap, menyampaikan bahwa tantangan ke depan yang harus dihadapi salah satunya adalah bagaimana Indonesia bisa memenuhi permintaan dalam negeri dengan tetap mempertahankan devisa dari hasil ekspor.
“Tentu kita harus mengupayakan keduanya. Artinya, salah satu hal penting yang saat ini harus terus didorong adalah produktivitas sawit,” ujarnya.
Saat ini PT RPN telah menjalankan beberapa strategi peningkatan produktivitas yang akan terus dilakukan. Dari aspek agronomi dan pemuliaan, pihaknya akan melakukan pengembangan benih unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim, peningkatan praktik GAP dan pengelolaan lahan secara berkelanjutan, dan efisiensi efektivitas pemupukan melalui penerapan berbagai teknologi.
Di sisi teknologi pertanian dan inovasi digital, RPN juga melakukan pemanfaatan teknologi sensor dan IoT untuk pemantauan kesehatan tanaman dan manajemen hara berbasis presisi, penggunaan drone dan citra satelit dalam pemetaan dan pemantauan kebun secara real-time, hingga penerapan mekanisasi perkebunan untuk efektivitas dan efisiensi pekerjaan.
“Dari sisi keberlanjutan, kami terus berupaya melakukan pencegahan degradasi tanah dan perbaikan kualitas tanah melalui konsep kesehatan tanah dengan pemanfaatan produk samping, penerapan praktik kultur teknis yang ramah lingkungan, sampai dengan implementasi sertifikasi keberlanjutan (ISPO, RSPO),” jelas Iman.
PTPN Group berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam penguatan industri kelapa sawit, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang menargetkan Indonesia menjadi negara maju dengan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif.