Melihat faktor global, dolar AS menghadapi tekanan akibat aksi lanjutan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi 245 persen dari sebelumnya 145 persen.
Mengacu berbagai faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah di kisaran Rp16.750-Rp16.850 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Kamis pagi di Jakarta menguat sebesar 14 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.823 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.837 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah 10,50 poin atau 0,06% ke level Rp16.837 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat sebesar 0,20% menuju posisi 99,57.
Sementara itu, mata uang lain di Asia dibuka bervariasi. Won Korea melemah sebesar 0,42% bersama yen Jepang sebesar 0,55%. Sementara itu, peso Filipina dan rupee India menguat dengan persentase masing-masing 0,22% dan 0,10%.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa dari sisi global, investor masih kesulitan menemukan katalis positif untuk mendorong pemulihan ekonomi yang lebih solid.
Hal tersebut seiring dengan proyeksi perlambatan pertumbuhan global akibat kebijakan tarif Amerika Serikat yang berisiko mengganggu stabilitas ekonomi dunia. "Trump telah menaikkan tarif terhadap barang-barang asal China ke tingkat yang sangat tinggi. Sebagai respons, Beijing mengenakan bea balasan atas impor dari AS. Perang dagang yang makin intens antara dua ekonomi terbesar dunia ini dikhawatirkan pasar dapat memicu resesi global," kata Ibrahim, Rabu (16/4/2025).
Sebagai sinyal tambahan dari meningkatnya ketegangan, China dilaporkan telah memerintahkan maskapai penerbangannya untuk menghentikan penerimaan pengiriman jet Boeing. Kebijakan ini sebagai tanggapan atas keputusan AS yang mengenakan tarif sebesar 145% terhadap produk China.
Baca Juga: THR Ludes Pasca Lebaran? Simak Tips Kelola Keuangan Agar Usaha Tidak Boncos