Suara.com - Tahun 2024 menjadi titik balik krusial dalam perjalanan ekonomi dan politik Indonesia. Di tengah transisi kepemimpinan nasional, pelaku pasar menghadapi tantangan dan peluang baru yang memengaruhi arah investasi ke depan.
Dinamika global seperti kebijakan suku bunga The Fed, ketegangan geopolitik, perang tarif, serta pergeseran tren investasi global turut membentuk lanskap ekonomi domestik yang semakin kompleks.
Melihat kondisi ini, PT Sucorinvest Asset Management (Sucor AM) menilai pentingnya memberikan perspektif yang komprehensif dan kredibel kepada para investor, mitra, dan stakeholders.
Melalui gelaran The Sucor Stage bertajuk “Market Outlook 2025: Navigating Investments in New Regime,” Sucor AM mengajak seluruh peserta memahami arah kebijakan pemerintahan baru, kondisi makroekonomi, serta menggali peluang investasi yang relevan dalam menghadapi era baru ini.
Acara ini menghadirkan para pembicara kunci dari kalangan ekonom, hingga fund manager internal Sucor AM.
“Kita semua sedang berada di fase penting di mana transisi nasional dan dinamika global akan membentuk arah baru bagi performa dan pasar keuangan di Indonesia,” kata CEO Sucor AM Jemmy Paul Wawointana ditulis Senin (21/4/2025).
“Tidak hanya perubahan dalam negeri dan juga kepemimpinan internasional seperti perubahan tarif dari AS, suku bunga global, hingga tensi geopolitik menjadi faktor penting dalam mengambil keputusan investasi ke depan. Di tengah berbagai ketidakpastian ini, kami percaya bahwa investor membutuhkan arahan yang relevan, pandangan yang objektif, dan strategi yang bisa diandalkan,” imbuh Jemmy.
Pada kesempatan yang sama, Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, memberikan pandangan yang optimistis terhadap instrumen obligasi meskipun suku bunga global masih fluktuatif.
“Kepemilikan asing pada obligasi hanya sekitar 14 persen. Ini yang menjelaskan mengapa guncangan global yang signifikan tidak terlalu berdampak pada pasar obligasi, karena tekanan jual dari asing juga jauh berkurang. Hal ini membuat kami cukup positif terhadap kondisi global saat ini. Sejujurnya, pasar obligasi masih bisa menjadi pilihan investasi yang menarik,” ujarnya.
Baca Juga: LG Batalkan Investasi Baterai EV di Indonesia Senilai Rp130 Triliun
Sementara itu, pakar ekonomi syariah yang juga Wakil Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Adiwarman Karim menyampaikan pesan penting kepada investor untuk tidak hanya ikut-ikutan dalam berinvestasi atau berbisnis.