EBT Dikembangkan, Masyarakat Diminta Mulai Kurangi Gunakan Energi Fosil

Achmad Fauzi Suara.Com
Rabu, 23 April 2025 | 19:07 WIB
EBT Dikembangkan, Masyarakat Diminta Mulai Kurangi Gunakan Energi Fosil
Ilustrasi mobil mengisi BBM. [Freepik]

Menurut Kepala Negara, Indonesia bisa mengganti bahan bakar fosil dengan energi terbarukan, seperti bersumber dari panas bumi (geothermal). Prabowo mencatat sekitar 60 persen potensi energi panas bumi berada di Indonesia.

Meskipun Indonesia juga memiliki potensi energi dari surya atau matahari, Presiden mengatakan bahwa kekuatan energi terbarukan Indonesia berasal dari bioenergi atau bahan bakar nabati.

Prabowo pun berencana menggandeng Brasil dan Kongo untuk membangun pembangkit listrik.

Baca Juga: Gemas! Foto Kucing Bobby Kertanegara Dipajang di Sebelah Figura Prabowo Subianto

"Saya pikir, bersama dengan Brasil dan mungkin dengan Kongo, kami memiliki potensi untuk memproduksi bahan bakar dari pembangkit listrik. Ini menurut saya akan membuka banyak peluang, karena kita akan menghemat banyak devisa," kata Prabowo.

Investasi Swasta Jadi Kunci

ebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan ekonomi yang sedang berkembang, Indonesia memiliki peran penting dalam upaya untuk mengurangi pemanasan global dan mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah.

Demi memastikan keberhasilannya, pemerintah telah menetapkan kebijakan dan regulasi yang mendukung hal tersebut. Namun demikian sektor swasta sebagai penggerak ekonomi Indonesia juga harus terlibat aktif dalam transisi menuju Net Zero Emission.

Pihak swasta memiliki kapasitas untuk berinvestasi dalam teknologi baru yang ramah lingkungan, seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, dan efisiensi energi.

Baca Juga: EBT Masuk Gelombang Kedua, ESDM Sebut Migas Jadi Prioritas Investasi Danantara

Hal ini dibenarkan oleh Direktur Tunas Sawa Erma (TSE) Group, Luwy Leunufna. Menurut Luwy, saat ini sektor swasta sedang berlomba-lomba merealisasikan Net Zero Emission untuk menyuksesksan komitmen Indonesia dalam mencegah perubahan iklim.

“Namanya proses adaptasi membutuhkan waktu, butuh inovasi tapi kami berpikir dalam jangka panjang bisnis kita lebih lestari, dalam jangka panjang akan mendukung efisiensi biaya dan comply regulasi lokal maupun internasional. Kita mau meningkatkan kelas kita dengan teknologi baru,” kata Luwy dikutip Senin (24/3/2025).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI