
Rangkaian acara tersebut antara lain bertajuk “Unveiling Borobudur” yang akan mengajak pengunjung untuk melakukan perjalanan selama 3 hari 2 malam untuk merasakan keharmonisan dalam hubungan keluarga melalui kesimbangan yang diciptakan oleh diri sendiri. Melalui metode mindfulness dan refleksi, nilai-nilai pemahaman, kasih sayang, kesabaran, keharmonisan dan kebijaksanaan akan semakin dirasakan.
Salah satu rangkaian Unveiling Borobudur adalah Mindful Walking Pradaksina bersama Hendrik Tanuwidjaja, yang terinspirasi dari ritual Pradaksina yang dilakukan Cakravartin Dinasti Syailendra di Borobudur, meditasi ini memberikan kesempatan bagi semua peserta untuk merasakan kedamaian, kebijaksanaan, dan energi positif dalam suasana sakral.
Selain itu, terdapat pula Pasar Medang sebagai salah satu IP (Intellectual Property) event dari IDM kembali hadir di Waisak tahun ini mengajak pengunjung untuk menemukan jejak kearifan lama, hangatnya sapa, aroma rempah, dan cahaya dari hati yang saling menyinari. Pasar Medang akan menghadirkan 60 tenan UMKM yang berlokasi di area Plaza Beringin ex-Main Gate. Para pengunjung tidak hanya akan merasakan berbagai macam daharan lawas, daharan ramban dan daharan anyaran, akan tetapi juga berbagai atraksi dan workshop.
Pada tahun ini, tercatat lebih dari 1.900 pelaku UMKM lokal turut terlibat aktif dalam rangkaian perayaan Waisak mulai dari kuliner, kriya, hingga penyedia jasa pariwisata. Selain itu, lebih dari 1.000 tenaga kerja lokal juga dilibatkan, baik dalam hal logistik, penyambutan, pelayanan, maupun pengelolaan acara. Peringatan Waisak juga diperkirakan mendorong tingkat hunian di kawasan sekitar Borobudur.
“Perayaan Waisak tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat lokal, terutama di kawasan destinasi prioritas seperti Borobudur. Dengan demikian, Candi Borobudur bisa menjadi sustainable tourism melalui penyelenggaraan kegiatan yang berfokus pada spiritual,” tambah Maya Watono. ***