Ada Kabar Program Pemutihan Data Pinjol Bulan Mei 2025, Ini Kata OJK

Senin, 05 Mei 2025 | 12:10 WIB
Ada Kabar Program Pemutihan Data Pinjol Bulan Mei 2025, Ini Kata OJK
Ilustrasi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah mengeluarkan pernyataan mengenai adanya pemutihan data pinjol. [Dok. ChatGPT]

Suara.com - Masyarakat diimbau untuk waspada dan tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar di media sosial terkait pemutihan data pinjaman online (pinjol).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah mengeluarkan pernyataan mengenai adanya pemutihan data pinjol, termasuk kabar yang menyebutkan jadwal pemutihan pada 1 Mei 2025.

Pernyataan keras ini dikeluarkan OJK menyusul viralnya informasi palsu di berbagai platform media sosial yang mengklaim akan ada penghapusan data masyarakat yang memiliki tunggakan pinjol pada tanggal tersebut. OJK melalui akun Instagram resminya @ojkindonesia pada Senin (5/5/2025) dengan jelas membantah kabar bohong tersebut.

"OJK tidak pernah mengeluarkan pernyataan tentang pemutihan data pinjaman online," tulis OJK dalam unggahannya, disertai penegasan bahwa informasi tersebut bukan berasal dari sumber resmi OJK.

Lebih lanjut, OJK mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap berbagai modus penipuan yang kerap kali mengatasnamakan Otoritas Jasa Keuangan. Para pelaku kejahatan siber seringkali memanfaatkan isu-isu sensitif seperti keringanan utang atau pemutihan data untuk menjerat korban.

"Hati-hati terhadap modus penipuan yang mengatasnamakan OJK. Selalu Cek kebenaran informasi ke Kontak OJK 157," imbau OJK dalam unggahannya. Masyarakat dianjurkan untuk selalu melakukan verifikasi setiap informasi yang diterima terkait sektor keuangan, khususnya pinjol, melalui saluran komunikasi resmi OJK di nomor 157.

Kabar bohong mengenai pemutihan data pinjol ini sangat meresahkan, terutama bagi masyarakat yang mungkin sedang kesulitan melunasi pinjaman mereka. Para pelaku penipuan memanfaatkan harapan palsu ini untuk mendapatkan informasi pribadi korban atau bahkan melakukan tindakan pemerasan.

OJK secara konsisten mengedukasi masyarakat mengenai risiko dan praktik pinjol ilegal. Informasi mengenai daftar pinjol legal yang terdaftar dan diawasi oleh OJK juga dapat diakses melalui website resmi OJK. Masyarakat diharapkan untuk selalu memastikan legalitas platform pinjol sebelum melakukan transaksi dan tidak mudah tergiur dengan janji-janji manis yang tidak masuk akal, seperti pemutihan utang secara cuma-cuma.

Dengan adanya klarifikasi tegas dari OJK ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam menyaring informasi yang beredar dan tidak menjadi korban penipuan yang memanfaatkan isu pemutihan data pinjol palsu. Selalu utamakan verifikasi ke sumber resmi untuk melindungi diri dari praktik-praktik ilegal di dunia pinjaman online.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Pinjol Plafon Terbesar, Capai Rp100 Juta!

Pengguna pinjaman online (pinjol) di Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan mayoritas berasal dari kelompok usia muda. 

Data OJK menunjukkan bahwa pada Juni 2023, 10,91 juta orang berusia 19-34 tahun adalah peminjam aktif dengan nilai pinjaman mencapai Rp 26,87 triliun. 

Selain itu, survei APJII menunjukkan bahwa pengguna layanan pinjol naik dari 2,7 juta pada 2023 menjadi 8,86 juta pada 2024. Survei APJII menunjukkan peningkatan jumlah pengguna pinjol dari 2,7 juta pada 2023 menjadi 8,86 juta pada 2024, menunjukkan lonjakan signifikan dalam penggunaan layanan pinjol di Indonesia. 

Data OJK menunjukkan bahwa sebagian besar peminjam aktif di pinjol berusia 19-34 tahun, yang mencapai 10,91 juta orang dengan nilai pinjaman sebesar Rp 26,87 triliun pada Juni 2023. 

Pertumbuhan pengguna pinjol diyakini dipicu oleh jurang kredit yang lebar di Indonesia, dimana kebutuhan akan pendanaan yang besar tidak sebanding dengan kapasitas yang disediakan oleh lembaga keuangan tradisional. 

Peningkatan pengguna pinjol ini mendorong pemerintah untuk memperketat regulasi, karena fenomena ini mulai menjadi masalah kultural dan perlu dijaga agar tidak menimbulkan risiko bagi masyarakat.  

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI