Keberlanjutan Berpotensi Jadi Kunci Masa Depan Pariwisata Pulau Dewata

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 14 Mei 2025 | 07:02 WIB
Keberlanjutan Berpotensi Jadi Kunci Masa Depan Pariwisata Pulau Dewata
Ilustrasi Bali (Elements Envato)

Suara.com - Pulau Bali, permata pariwisata Indonesia yang terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, kini menghadapi tantangan krusial dalam mempertahankan daya tariknya di tengah arus modernisasi dan popularitas yang tak pernah surut. Pertanyaan mendasar yang muncul adalah: mampukah Bali terus memikat jutaan wisatawan tanpa mengorbankan keaslian lingkungan dan identitas budayanya yang unik?

Isu keberlanjutan atau sustainability telah menjadi perhatian utama dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan pesatnya perkembangan sektor pariwisata. Tekanan terhadap sumber daya alam, permasalahan sampah yang semakin menggunung, dan kepadatan wisatawan yang melampaui kapasitas di sejumlah destinasi favorit seperti Canggu dan Ubud, telah memicu kekhawatiran akan masa depan pulau ini.

Sustainability, yang kini bukan lagi sekadar jargon, bertransformasi menjadi landasan fundamental dalam setiap pengambilan keputusan terkait pariwisata Bali. Konsep ini meresap ke berbagai aspek, mulai dari praktik konsumsi sehari-hari hingga perumusan kebijakan bisnis berskala global.

Semakin banyak pelaku industri pariwisata di Bali yang mulai mengadopsi prinsip-prinsip eco-tourism. Inisiatif seperti pemanfaatan energi surya, pengelolaan limbah secara mandiri, dan pengintegrasian nilai-nilai budaya tradisional dalam aktivitas wisata menjadi semakin umum. Langkah-langkah ini merupakan wujud nyata dari kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan warisan budaya Bali.

Dalam konteks ini, bangunan yang mengutamakan sustainability secara luas merujuk pada desain, konstruksi, dan operasional bangunan yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan memaksimalkan manfaat sosial serta ekonomi dalam jangka panjang.

Lebih dari sekadar efisiensi energi dan penggunaan material ramah lingkungan, bangunan berkelanjutan mempertimbangkan siklus hidup bangunan secara keseluruhan. Ini mencakup pemilihan lokasi yang bijak, penggunaan sumber daya alam secara efisien (air, energi, material), pengelolaan limbah dan emisi, menciptakan ruang yang sehat dan nyaman bagi penghuninya, serta menghormati konteks budaya dan sosial di sekitarnya. Konsep ini juga menekankan pada ketahanan bangunan terhadap perubahan iklim dan bencana alam, serta kontribusinya terhadap pelestarian keanekaragaman hayati.

Ilustrasi perumahan yang dikembangkan OXO [Ist]
Ilustrasi perumahan yang dikembangkan OXO [Ist]

Salah satu contoh implementasi konsep keberlanjutan dalam pembangunan di Bali adalah OXO The Pavilions yang berlokasi di Kabupaten Tabanan. Proyek ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya lokal dapat diintegrasikan secara otentik dan berkelanjutan dalam sebuah pengembangan properti.

"Kami sangat yakin bahwa OXO The Pavilions akan menjadi game changer yang menetapkan standar baru dalam industri properti di Bali," ujar Founder dan CEO OXO Group Indonesia, Johannes Weissenbaeck.

"Bayangkan sebuah hunian yang tidak hanya indah, tetapi juga dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan penghuninya. Visi kami adalah mendefinisikan ulang konsep real estat agar dapat mendukung kesehatan dan kebahagiaan Anda sehari-hari."

Baca Juga: Panduan Bulan Baik Pindah Rumah Menurut Primbon Jawa Lengkap!

Lebih lanjut, sustainability dalam konteks pariwisata Bali tidak hanya terbatas pada aspek "ramah lingkungan". Esensinya terletak pada penciptaan harmoni antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian warisan budaya, dan konservasi alam yang lestari. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat terus menikmati keindahan Bali yang kita kenal saat ini, bahkan dengan kualitas yang lebih baik.

Oleh karena itu, mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Bali bukanlah sekadar angan-angan utopis, melainkan sebuah perjalanan yang membutuhkan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak. Pemerintah memiliki peran penting dalam merumuskan kebijakan yang mendukung keberlanjutan, pelaku industri pariwisata dituntut untuk mengadopsi praktik bisnis yang bertanggung jawab, komunitas lokal perlu diberdayakan dan dilibatkan secara aktif, dan wisatawan pun diharapkan memiliki kesadaran untuk berwisata secara bertanggung jawab.

Menjaga Bali, pada hakikatnya, adalah upaya untuk merawat warisan dunia yang tak ternilai harganya. Setiap langkah kecil, mulai dari desain arsitektur yang memperhatikan lingkungan hingga partisipasi aktif dari para pecinta alam, adalah benih perubahan positif yang akan menentukan masa depan Pulau Dewata. Masa depan pariwisata Bali sangat bergantung pada komitmen bersama untuk menjadikan keberlanjutan sebagai prioritas utama.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI