Suara.com - Indonesia berpotensi menjadi kekuatan besar di pasar Bitcoin global, bahkan menduduki peringkat 3 besar di bawah Amerika Serikat dan China soal kepemilikan aset kripto paling terkenal itu. Lantas bagaimana caranya?
Suara.com mencoba menyusun skenario yang menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi salah satu kekuatan terbesar di pasar aset kripto terkemuka ini.
Skenario ini bertumpu pada potensi alokasi sebagian kecil dana dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Dengan klaim total aset kelolaan yang mencapai US$1 triliun atau setara dengan Rp16.508 triliun, alokasi sebesar 1 persen saja ke dalam Bitcoin akan menciptakan gelombang investasi yang signifikan.
Proyeksi ini didasarkan pada perhitungan sederhana namun signifikan terkait dengan kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini.
Dengan harga Bitcoin saat ini yang berfluktuasi di kisaran $60.000, investasi sebesar $10 miliar akan menghasilkan kepemilikan sekitar 166.666 Bitcoin (perhitungan kasar). Mengingat total pasokan Bitcoin yang dibatasi hanya 21 juta koin, kepemilikan sebesar ini akan menempatkan Indonesia sebagai salah satu pemegang Bitcoin ketiga terbesar secara global.
Meskipun data kepemilikan Bitcoin oleh setiap negara secara real-time dan terpusat masih sulit didapatkan, berbagai analisis dan perkiraan menempatkan Amerika Serikat, China, dan Inggris sebagai negara-negara dengan kepemilikan Bitcoin terbesar saat ini.
Laporan dari CoinMarketCap memperkirakan total kepemilikan Bitcoin oleh pemerintah di seluruh dunia mencapai sekitar 471.000 keping, atau sekitar 2,5% dari total suplai global.
Amerika Serikat saat ini memimpin dengan kepemilikan 212.000 Bitcoin, yang sebagian besar berasal dari penyitaan kasus kriminal besar. Diikuti oleh Tiongkok dengan 194.000 Bitcoin yang juga disita dari aktivitas ilegal. Inggris berada di posisi ketiga dengan kepemilikan 61.000 Bitcoin yang diperoleh dari kasus pencucian uang dan penipuan digital. Negara-negara lain seperti Bhutan, El Salvador, Ukraina, Finlandia, dan India juga tercatat memiliki sejumlah Bitcoin dengan berbagai latar belakang perolehan.
Namun, dengan potensi investasi sebesar US$10 miliar dari Danantara, Indonesia dapat secara signifikan mengubah peta kepemilikan Bitcoin global. Kepemilikan 166.666 Bitcoin akan secara langsung menempatkan Indonesia di urutan ketiga, bahkan berpotensi melampaui kepemilikan Inggris dan El Salvador secara signifikan.
Baca Juga: Patrick Kluivert Wajib Berbenah! 2 Kekurangan Timnas Indonesia Bisa Dimanfaatkan China
Skenario ini bukan hanya tentang angka. Langkah strategis untuk mengalokasikan sebagian kecil aset negara ke dalam Bitcoin dapat membawa berbagai keuntungan bagi Indonesia. Pertama, ini akan menjadi diversifikasi aset yang cerdas, mengurangi ketergantungan pada instrumen investasi tradisional. Bitcoin, meskipun volatil, telah menunjukkan potensi pertumbuhan jangka panjang yang signifikan dan dapat menjadi lindung nilai terhadap inflasi.