Suara.com - Pemerintah Indonesia semakin serius dalam upaya diversifikasi pembiayaan anggaran dengan rencana penerbitan surat utang dalam mata uang Renminbi (RMB) yang dijuluki Dimsum Bond dan mata uang Dolar Australia (AUD) atau yang dikenal sebagai Kangaroo Bond.
Langkah strategis ini diharapkan dapat mengoptimalkan portofolio utang negara dari sisi biaya dan risiko, sekaligus memperluas basis investor.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto, mengungkapkan bahwa penerbitan obligasi ini ditargetkan terlaksana pada tahun ini, tentunya dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang kondusif.
"Insya Allah, rencananya tahun ini. We strongly consider to issue this year, subject to market condition," ujar Suminto.
Suminto menjelaskan bahwa alasan utama di balik penerbitan surat utang baru ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan secara bersamaan mengelola portofolio utang yang optimal.
"Optimal kan dalam pengetahuan cost and risk. Cost of fund yang minimal, risiko yang terkelola, yang terkendalikan, gitu kan? Sehingga diversifikasi instrumen itu menjadi penting," tegasnya.
Diversifikasi instrumen ini juga akan memungkinkan pemerintah untuk memperluas basis investor. Penambahan denominasi mata uang, menurut Suminto, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, tetapi juga dalam konteks mengelola portofolio utang yang optimal.
"Diversifikasi instrumen akan memungkinkan kita mengelola portofolio yang lebih baik dalam konteks cost increase, termasuk dalam konteks perluasan basis investor," tambahnya.
Secara lebih umum, optimalisasi portofolio utang mencakup berbagai komposisi, mulai dari tenor, mata uang, hingga suku bunga (antara fixed rate dan floating), serta jenis instrumen (dalam negeri, luar negeri, pinjaman, obligasi, dan sebagainya).
Baca Juga: Harga Bitcoin Diprediksi Tembus 100.000 Dolar, Dipicu Buyback Obligasi AS
Terkait potensi pengurangan porsi penerbitan surat utang domestik dengan adanya obligasi baru ini, Suminto menjelaskan bahwa pemerintah memiliki fleksibilitas untuk mendistribusikan penerbitan.
Dengan adanya instrumen domestik, asing, dan beragam mata uang asing, pemerintah dapat menyesuaikan strategi penerbitan.
"Kan mengenai size kan kita sebenarnya oportunistik aja kan? Makanya kan karena ini instrumen pasar kan sangat subject to market condition, mana yang lebih favorable, secara pricing lebih bagus, cost of fund lebih rendah, kan gitu kan?" jelas Suminto.
Jika kondisi pasar lebih menguntungkan untuk Dimsum Bond atau Kangaroo Bond, pemerintah bisa memperbesar porsinya, dan sebaliknya jika kurang menguntungkan. Ini adalah bagian dari fleksibilitas dalam strategi penerbitan utang pemerintah.
Surat utang, atau obligasi, adalah instrumen investasi yang memungkinkan investor meminjamkan dana kepada penerbit (pemerintah atau perusahaan) dengan imbalan bunga (kupon) yang dibayarkan secara berkala. Saat jatuh tempo, penerbit akan mengembalikan pokok pinjaman kepada investor.
Obligasi sering dianggap sebagai investasi yang lebih aman dibandingkan saham karena memberikan pendapatan tetap dan memiliki risiko gagal bayar yang relatif lebih rendah, terutama obligasi pemerintah.