Suara.com - Pemerintah Indonesia menyampaikan sinyal ingin menyudahi proses negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa. Hal ini lantaran, perundingan selama sembilan tahun ini tidak kunjung usai.
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam forum dialog ekonomi antara Indonesia dan Prancis di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Perundingan Indonesia–European Union CEPA (EU-CEPA) telah berlangsung sejak 2016 dan hingga kini belum membuahkan hasil final. Airlangga menyatakan bahwa sudah waktunya proses negosiasi ini dihentikan jika tidak ada kemajuan berarti.
"Yang kedua adalah EU CEPA. Saya kira kita butuh dukungan. Tentu saja ada dua atau tiga isu yang telah ditawarkan kepada kita. Dan sudah saatnya bagi kita untuk mengesampingkan perbedaan dan melanjutkan filosofi keberlanjutan. Kita telah membahas ini selama sembilan tahun. Dan sudah saatnya untuk berhenti,” ujar Airlangga yang ditulis, Kamis (29/5/2025).
Jika terus berlangsung, Airlangga akan kembali meminta negosiator dari Indonesia untuk bolak-balik merundingkan perdagangan yang terlalu alot.
"Jika tidak, kepala negosiator kita akan dengan senang hati bolak-balik Jakarta dan Paris. Jadi kita harus menghentikan mereka. Hentikan kepala negosiator kita. Selesaikan saja negosiasinya," ucap Airlangga.
Namun, Airlangga juga menekankan bahwa kerja sama antara Indonesia dan Uni Eropa, khususnya Prancis, tidak terbatas hanya pada perdagangan dan investasi.
Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto ingin memperluas kolaborasi lintas sektor, termasuk pendidikan, teknologi, dan energi terbarukan.
"Saya kira Presiden Prabowo juga ingin melakukan kolaborasi di luar perdagangan investasi dan juga pertahanan. Tetapi juga untuk mengedepankan pendidikan. Penting bagi kaum muda di Indonesia untuk mendapatkan akses pendidikan. Di Prancis, di bidang sains, teknologi, teknik. Dan yang terpenting bagi Prancis dan Paris adalah seni," beber dia.Airlangga.
Baca Juga: RI Bisa Diguyur Dana USD 11 Miliar dari Kerja Sama dengan Prancis
Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan pendidikan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics), bukan hanya untuk pengembangan individu tetapi juga untuk mendukung transformasi industri dan ekonomi nasional.
"Jangan lupakan seni dan matematika. Jadi kita menyebutnya STEAM itu penting. Karena tanpa STEAM tidak akan ada listrik. Tanpa STEAM tidak akan ada mesin. Revolusi industri pertama ada di STEAM. Dan kita sedang berada di revolusi industri keempat," kata dia.
Selain isu pendidikan, Airlangga menyampaikan apresiasi atas dukungan Prancis terhadap program transisi energi Indonesia, terutama dalam kerangka pendanaan Just Energy Transition Partnership (JET-P), yang dimulai sejak presidensi Indonesia di G20.
"Dan tentu saja digitalisasi, energi terbarukan. Dan kami berterima kasih kepada Anda bahwa Prancis siap untuk transisi energi bagi Jet-P. Kami memiliki daftar Jet-P. Dan kami berterima kasih kepada Anda bahwa Prancis tetap bertahan. Karena ini diluncurkan selama kepemimpinan Indonesia di G20," imbuh dia.
Sebelumnya, Airlangga Hartarto menyebut Indonesia dapat dana besar dari kerja sama bisnis dengan Perancis.
Menurut dia, setidaknya ada 27 nota kesepahaman atau momerandum of understanding (MoU) bisnis, antara perusahaan di Indonesia dengan Perancis.