Perang Iran-Israel Bikin Sri Mulyani Was-was, Kenapa?

Selasa, 17 Juni 2025 | 18:17 WIB
Perang Iran-Israel Bikin Sri Mulyani Was-was, Kenapa?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/(Suara.com/Achmad Fauzi).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti dengan serius peningkatan ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel yang semakin memanas, memperingatkan bahwa situasi ini telah memberikan tekanan signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. 

Dalam konferensi pers APBN KiTa di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa (17/6/2025) Sri Mulyani menyatakan keprihatinannya atas kondisi global.

Konflik di Timur Tengah, menurut Sri Mulyani, telah memukul pasar komoditas global secara langsung, terutama harga minyak dunia. Ia mengungkapkan bahwa pada hari pertama pecahnya konflik, harga minyak melonjak hampir 9%, dari di bawah US$70 per barel menjadi sempat menyentuh US$78 per barel, meskipun kemudian terkoreksi ke kisaran US$75 per barel. 

"Kondisi geopolitik dan security yang sangat negatif menegang dan bahkan yang sudah pecah perang yang menimbulkan kemudian ketidakpastian komoditas supply chain," kata Sri Mulyani. 

Selain eskalasi di Timur Tengah, Sri Mulyani juga menyoroti ketidakpastian hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok (RRT). Meskipun ada sinyal positif melalui inisiatif negosiasi, belum ada kesepakatan resmi yang dicapai, menambah daftar ketidakpastian global. 

Di sisi lain, Amerika Serikat baru saja menandatangani perjanjian dagang bilateral dengan Inggris, namun masih mempertahankan tarif perdagangan terhadap lebih dari 60 negara.

Tak kalah penting, kebijakan fiskal ekspansif AS yang disebut "big and beautiful" oleh Presiden Donald Trump juga menjadi perhatian. Kebijakan ini diperkirakan akan menambah defisit anggaran Amerika Serikat lebih dari US$10 triliun dalam sepuluh tahun ke depan. 

"Kombinasi dari dua belah hal ini yaitu ketidakpastian dari sisi perdagangan global yang belum tercapai kepastiannya ditambah dengan berbagai kebijakan-kebijakan makro terutama di bidang fiskal," jelas Sri Mulyani.

Rangkaian gejolak global ini, menurut Sri Mulyani, tidak hanya berdampak pada negara-negara besar, tetapi juga memiliki konsekuensi nyata bagi negara berkembang seperti Indonesia. "Yang harus kita waspadai karena tidak baik perlemahan ekonomi membuat dampak yang buruk kenaikan inflasi dan kemudian menimbulkan kenaikan yield apakah karena adanya geopolitik atau karena adanya fiscal policy, kedua hal ini menyebabkan dampak kepada seluruh dunia termasuk Indonesia," paparnya.

Baca Juga: Ajak Indonesia Boikot Produk Zionis, Dubes Iran: Kami Hanya Membela Diri dari Agresi Israel

Dampak lanjutan yang patut diwaspadai adalah pergerakan nilai tukar dan suku bunga global. Negara-negara besar yang dianggap sebagai "systematically important country" seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Eropa, Jepang, dan Inggris disebut sebagai pusat tekanan global yang berisiko sistemik.

"Maka kita lihat kecenderungan adanya dampak negatif dari situasi dunia ini dari terutama negara-negara yang dianggap signifikan atau systematically important country seperti Amerika, RRT, kemudian Eropa, Jepang, Inggris," pungkas Sri Mulyani.

Sebelumnya Iran menolak untuk membuka negosiasi gencatan senjata dengan Israel. Menurut seorang pejabat yang mengetahui komunikasi diplomatik tersebut, Teheran telah menyampaikan kepada mediator Qatar dan Oman bahwa perundingan hanya bisa dilakukan setelah Iran merespons serangan Israel.

"Iran memberi tahu mediator Qatar dan Oman bahwa mereka hanya akan melakukan negosiasi serius setelah Iran menyelesaikan tanggapannya terhadap serangan pendahuluan Israel," kata pejabat itu kepada Reuters, Minggu (15/6/2025), dengan syarat anonim karena sensitivitas isu ini.

Pejabat tersebut menegaskan bahwa Iran tidak bersedia membuka pembicaraan damai selagi masih berada di bawah tekanan militer. "Mereka tidak akan berunding saat diserang," katanya.

Israel diketahui melancarkan serangan udara mendadak pada Jumat pagi (13/6/2025) yang menyasar komando militer Iran dan fasilitas nuklirnya. Pemerintah Israel menyatakan operasi militer ini akan terus ditingkatkan dalam beberapa hari mendatang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI