Lampu Kuning Ekonomi RI, 6 Bulan ke Depan Kehidupan Warga Makin Resah

Selasa, 17 Juni 2025 | 16:32 WIB
Lampu Kuning Ekonomi RI, 6 Bulan ke Depan Kehidupan Warga Makin Resah
Sejumlah indikator ekonomi terbaru menunjukkan bahwa masyarakat kian menahan diri untuk berbelanja, sementara sektor manufaktur ambruk dihantam badai ketidakpastian.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lampu kuning ekonomi Indonesia kini benar-benar semakin nyata. Sejumlah indikator ekonomi terbaru menunjukkan bahwa masyarakat kian menahan diri untuk berbelanja, sementara sektor manufaktur ambruk dihantam badai ketidakpastian. 

Dalam riset terbaru dari Core Indonesia bertajuk "Setengah Daya Pacu Ekonomi" yang diterima Suara.com pada Selasa (17/6/2025), mengungkap sebuah fakta pahit yang mengejutkan dimana indeks Penjualan Riil pada Mei 2025 diprediksi akan turun 0,6 persen secara bulanan.

Menurut Core Indonesia angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan nyata dari dompet-dompet yang terkunci rapat. Perlambatan konsumsi ini bukan hal baru dimana kuartal pertama 2025 juga mencatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lesu dibandingkan periode sebelumnya.

"Ini menunjukkan bahwa aktivitas konsumsi masih belum pulih sepenuhnya," demikian bunyi laporan Core Indonesia.

Ancaman terbesar justru datang dari sektor manufaktur, yang menjadi tulang punggung 21% ekonomi Indonesia. Menjelang pertengahan triwulan kedua 2025, sektor ini berada dalam kondisi kritis. Output dan permintaan baru anjlok tajam, dengan penurunan permintaan pada Mei tercatat sebagai yang terparah sejak Agustus 2021. 

"Ini bukan hanya angka, ini adalah sinyal bahaya bagi jutaan pekerja di sektor ini," sebut laporan Core Indonesia. 

Secara rinci dijelaskan bahwa indeks PMI (Purchasing Managers' Index) yang masih bercokol di zona kontraksi semakin memperburuk keadaan, mencerminkan pesimisme yang melanda para pelaku usaha. Lesunya permintaan membuat perusahaan menahan pembelian dan mengurangi stok, sebuah siklus mengerikan yang bisa berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal.

Laporan PMI S&P Global bahkan menyebutkan bahwa banyak perusahaan terpaksa menawarkan diskon besar-besaran, meskipun biaya produksi melonjak. 

"Ini artinya, margin keuntungan industri manufaktur semakin tertekan," tulis Core Indonesia.

Baca Juga: Fleksibel Tapi Rapuh, Ironi Kerja Jarak Jauh

Yang paling mengkhawatirkan adalah dampak psikologisnya terhadap masyarakat. Kepercayaan terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan mulai goyah. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada April 2025 turun menjadi 129,8 dari 131,7. Meskipun masih di zona optimis, penurunan ini adalah sinyal jelas bahwa masyarakat mulai menatap masa depan dengan kecemasan.

Harapan terhadap ketersediaan lapangan kerja dan kegiatan usaha ke depan juga ikut menurun. Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK) melemah, begitu pula Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha (IEKU). 

Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan kondisi perekonomian global yang saat ini masih dilanda ketegangan. Ia mengingatkan hal itu kepada para pejabat baru di Kementerian Keuangan (Kemenkeu). 

Hal ini disampaikan Sri Mulyani dalam acara pelantikan pejabat pimpinan tinggi pratama dan pejabat pada unit organisasi non eselon Kemenkeu. Setidaknya ada 139 orang yang dilantik, yang tersebar di 13 unit eselon 1, unit non-eselon serta badan layanan umum di lingkungan Kementerian Keuangan.

Sri Mulyani mengatakan, saat ini merupakan sebuah periode yang luar biasa dengan komitmen besar untuk mewujudkan program-program Asta Cita dari Presiden Prabowo Subianto. Program tersebut membutuhkan dukungan keuangan negara, sehingga keuangan negara harus terus mampu dikelola agar mampu mendukung tujuan nasional.

"Keuangan negara harus terus mampu dikelola agar mampu menjadi instrumen penting di dalam mendukung tujuan nasional memastikan bahwa seluruh rupiah yang dikumpulkan dan dibelanjakan dikelola untuk kemakmuran masyarakat, untuk mencapai keadilan dan kemakmuran serta peradaban bagi Indonesia," kata Sri Mulyani.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI