Harga Beras Picu Inflasi 0,19 Persen di Mei 2025

Selasa, 01 Juli 2025 | 13:28 WIB
Harga Beras Picu Inflasi 0,19 Persen di Mei 2025
Ilustrasi beras. Penyebab inflasi di Lampung pada Agustus 2024. [ANTARA]

Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini merilis data inflasi untuk bulan Mei 2025, yang menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,19 persen secara bulanan (mtm). 

Kenaikan IHK dari 108,07 pada Mei menjadi 108,27 di bulan Juni ini juga mendorong inflasi tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 1,87 persen dan inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) sebesar 1,38 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar dengan inflasi 0,46 persen, memberikan andil 0,13 persen.

Pudji Ismartini merinci bahwa beras menjadi komoditas dominan pendorong inflasi, menyumbang andil 0,04 persen di Juni 2025. Selain itu, tarif angkutan udara juga memberikan andil inflasi yang sama, yaitu 0,04 persen, menyusul peningkatan tarif menjelang musim liburan.

Beberapa komoditas lain yang turut menyumbang inflasi meliputi cabai rawit (0,03 persen), serta bawang merah, tomat, dan emas perhiasan yang masing-masing berkontribusi 0,02 persen.

Di sisi lain, beberapa komoditas justru menahan laju inflasi atau bahkan menyumbang deflasi. Ini termasuk cabai merah dan bawang putih, yang masing-masing terkontraksi 0,03 persen, serta bensin dengan deflasi 0,02 persen.

Secara komponen, inflasi Juni 2025 mayoritas disumbang oleh komponen harga bergejolak, yang mencatat inflasi 0,77 persen dengan andil 0,13 persen. "Secara umum, semua komponen mengalami inflasi di Juni 2025 yang sebesar 0,19 persen utamanya didorong oleh inflasi komponen harga bergejolak,” jelas Pudji, di Kantornya, Jakarta, Selasa (1/7/2025).

Komoditas utama dalam komponen ini adalah beras, cabai rawit, bawang merah, dan tomat.

Komponen harga yang diatur pemerintah mencatat inflasi 0,09 persen (andil 0,02 persen), didorong oleh tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, dan rokok kretek mesin (SKM). Sementara itu, komponen inti mengalami inflasi 0,07 persen dengan andil 0,04 persen, terutama disumbang oleh emas perhiasan.

Baca Juga: Meski Global Gonjang-ganjing, Neraca Perdagangan Indonesia Sudah Untung 61 Kali

Pada bulan Mei, tambahnya, Komponen Harga Bergejolak masih mengalami deflasi. Komoditas yang menyebabkan komponen ini mengalami inflasi tertinggi adalah beras, cabe rawit, bawang merah dan tomat.

Sementara itu Komponen Inti mengalami inflasi sebesar 0,07 persen dengan andil inflasi 0,04 persen. Komoditas penyumbang inflasi komponen inti adalah emas perhiasan.

Sedangkan Komponen Harga Diatur Pemerintah pada Juni 2025 mengalami inflasi sebesar 0,09 persen dengan andil inflasi 0,02 persen. Komoditas penyumbang inflasi komponen ini adalah tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga dan sigaret kretek mesin.

Secara tahunan, inflasi 1,87 persen terutama dipicu oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang mengalami inflasi 9,36 persen dan memberikan andil inflasi tertinggi sebesar 0,59 persen. Pudji menjelaskan bahwa komoditas dominan yang mendorong inflasi tahunan di kelompok ini adalah emas perhiasan, diikuti tarif air minum, beras, kopi bubuk, minyak goreng, dan rokok kretek mesin (SKM).

Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara tahunan adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, dengan andil deflasi 0,02 persen, terutama akibat penurunan tarif telepon.

Secara provinsi, inflasi y-on-y tertinggi tercatat di Papua Selatan sebesar 3,00 persen, sementara terendah di Sumatera Barat sebesar 0,45 persen. Deflasi y-on-y terdalam terjadi di Papua Barat sebesar 0,67 persen dan terendah di Bengkulu sebesar 0,10 persen.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI