Suara.com - Pembangunan pabrikbaterai kendaraan listrik (EV) di Karawang, Jawa Barat, yang digarap PT Industri Baterai Indonesia (IBC), ditargetkan selesai pada kuartal ketiga 2026.
Fasilitas ini diproyeksikan menjadi pusat produksi baterai EV dan Battery Energy Storage System (BESS) untuk kawasan Asia Tenggara dan pasar global lainnya.
Direktur Hubungan Kelembagaan IBC, Reynaldi Istanto, menjelaskan proyek ini merupakan kerja sama antara IBC dan Brunp serta Lygend (CBL), anak usaha dari Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), raksasa baterai asal Tiongkok. Groundbreaking pabrik telah dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 29 Juni 2025.
"Jadi ini diproduksi dalam negeri, tapi kapasitasnya akan meningkat sehingga bukan hanya melayani market Indonesia, tapi juga Asia Tenggara, bahkan akan menjangkau market Amerika, dan India," ujarnya di Jakarta, yang dikutip Sabtu (5/7/2025).
![Ilustrasi baterai kendaraan listrik [Unsplash/Kumpan]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/09/18/66167-ilustrasi-baterai-kendaraan-listrik-ilustrasi-sepeda-motor-listrik.jpg)
Rey menyebutkan bahwa kapasitas produksi awal ditargetkan sebesar 6,9 GWh, yang akan memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor regional. Kapasitas ini dirancang untuk terus ditingkatkan hingga mencapai 15 GWh, cukup untuk memproduksi baterai bagi 200 ribu hingga 300 ribu unit kendaraan listrik.
"Kapasitas ini dirancang untuk terus tumbuh agar mampu bersaing di pasar global," imbuh dia.
Pembangunan fasilitas ini diperkirakan rampung pada kuartal ketiga 2026, dan akan langsung dilanjutkan dengan uji coba produksi.
"Kita targetkan uji coba produksi langsung berjalan usai konstruksi selesai agar percepatan operasional bisa dilakukan," jelas Rey.
Proyek baterai EV ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), dengan total nilai investasi dari hulu ke hilir mencapai sekitar USD 5,9 miliar.
Baca Juga: Buat Prabowo Terdiam saat Berpidato di Groundbreaking Pabrik Baterai EV, Siapa Tomy Winata?
Menurutnya, proyek ini mendapat perhatian besar dari pasar internasional. Beberapa negara Asia sudah menunjukkan minat untuk menjadi pembeli sel baterai dari Karawang.
"Sudah ada off-taker, baik untuk Battery Electric Vehicle (BEV), Hybrid Electric Vehicle (HEV), atau Battery Energy Storage System (BESS)," lanjutnya.
Selain memproduksi sel baterai, pabrik ini akan terintegrasi dengan enam sub-proyek strategis, termasuk tambang nikel laterit, fasilitas peleburan RKEF, pabrik hidrometalurgi (HPAL), pabrik bahan katoda, dan fasilitas daur ulang baterai.
Seluruh rantai pasok tersebut dibangun untuk memperkuat hilirisasi industri nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan impor.
"Hal ini menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai pemasok bahan baku, tapi kini jadi pemain kunci di rantai pasok global kendaraan listrik," pungkas Rey.