Bank Indonesia Klaim Peredaran Uang Palsu Sudah Minim

Senin, 14 Juli 2025 | 13:02 WIB
Bank Indonesia Klaim Peredaran Uang Palsu Sudah Minim
Ilustrasi uang palsu.

Suara.com - Bank Indonesia (BI) mengklaim peredaran uang palsu yang masih terjadi di Indonesia sudah menurun. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah paham cara membedakan keaslian uang dengan palsu.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan mengatakan rasio peredaran uang palsu sudah rendah. Hal itu terlihat dari peredaran uangnya.

"Rasionya menurun terhadap uang beredar. Uang palsu jangan dilihat jumlahnya tapi lembarnya. Karena uang palsu itu enggak ada nilainya," kata Junanto di Museum Bank Indonesia, Senin (14/7/2025).

Kata dia untuk mengenali keaslian uang sangat mudah. Diantaranya dengan dilihat, diraba dan diterawang pada uang fisik.

"Pertama diliat bentuknya diraba kemudian diterawang jadi ini yang paling penting dalam pemahaman keaslian uang. Kalau terima uang bayar atau menerima pembayaran diliat saja itu paling sderhana dalam memahami keaslian uang," katanya.

Dia pun menambahkan saat ini penggunaaan transaksi digital terus meningkat. Apalagi pembayaran melalui non tunai bisa mencegah peredaran hingga pemakaian uang palsu.

"Kita juga mengajak masyarakat untuk membiasakan penggunaan digital non tunai. Kenapa non tunai? Lebjh cepat lebih mudah dan mudah dengan risiko uang palsunya jadi kecil," jelasnya.

Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat. Posisi M2 pada Mei 2025 tercatat sebesar Rp9.406,6 triliun, atau naik 4,9 persen secara tahunan (yar on year/yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 5,2 persen.

Berdasarkan komponennya, perkembangan M2 didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3 persen yoy dan uang kuasi sebesar 1,5 persen yoy.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Terus Bengkak Tembus Rp 7.078 Triliun

Secara rinci, komponen M1 dengan pangsa 55,6 persen dari M2, pada Mei 2025 tercatat Rp5.226,3 triliun atau tumbuh sebesar 6,3 persen yoy. Ini lebih tinggi dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang sebesar 6,0 persen yoy.

Perkembangan M1 terutama disebabkan oleh perkembangan giro rupiah, serta uang kartal di luar bank umum dan Bank Perekonomian Rakyat (BPR).

Kemudian, giro rupiah pada Mei 2025 sebesar Rp1.803,7 triliun, atau tumbuh 6,7 persen yoy. Ini meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 5,9 persen yoy.

Sementara, uang kartal yang beredar di luar bank umum dan BPR pada Mei 2025 tercatat sebesar Rp1.033,6 triliun atau tumbuh sebesar 10,7 persen yoy. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,7 persen yoy.

Sedangkan, tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 45,7 persen terhadap M1, tercatat sebesar Rp2.388,9 trillun, atau tumbuh sebesar 4,3 persen yoy.

Selanjutnya, uang kuasi dengan pangsa 43,3 persen dari M2 tercatat sebesar Rp4.077,3 triliun atau tumbuh 1,5 persen yoy, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 2,4 persen yoy. Berdasarkan komponen uang kuasi, simpanan berjangka dan tabungan lainnya tumbuh masing-masing sebesar 2,0 persen yoy dan 9,4 persen yoy. Sementara itu, giro valas terkontraksi sebesar 2,9 persen yoy.

Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, perkembangan M2 pada Mei 2025 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pempus. Penyaluran kredit pada Mei 2025 tumbuh sebesar 8,1 persen yoy, setelah tumbuh sebesar 8,5 persen yoy pada bulan sebelumnya.

Adapun tagihan bersih sistem moneter kepada Pempus terkontraksi sebesar 25,7 persen yoy. Sebelumnya, pada April 2025 terkontraksi 21,0 persen yoy.

Sementara itu, aktiva luar negeri bersih pada Mei 2025 tumbuh sebesar 3,9 persen yoy, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada April 2025 sebesar 3,6 persen yoy.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI