Suara.com - Emiten Grup Salim, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), diperkirakan akan mendapatkan berkah dari kesepakatan Tarif Trump yang baru, terutama soalnya bebas impor gandum.
Pasalnya, kesepakatan itu memberikan peluang ICBPuntuk menekan biaya produksi, mengingat gandum merupakan bahan baku utama tepung terigu yang menjadi fondasi produk andalan mereka, yakni mi instan.
Seperti dikutip dari riset Samuel Sekuritas, Senin, 21 Juli 2025, ICBP dilaporkan mencatat pertumbuhan penjualan yang bervariasi sebesar 1,3 persen secara tahunan (year-on-year) pada kuartal pertama tahun 2025.
Pertumbuhan ini ditopang oleh kinerja beragam dari empat segmen utama perusahaan. Segmen mi instan tetap menjadi penopang utama dengan pertumbuhan 1,6 persen dan kontribusi sebesar 73,9 persen terhadap total pendapatan. Sementara itu, segmen produk susu mencatat penurunan sebesar 1,6 persen dan berkontribusi 13,5 persen. Segmen bumbu makanan justru mencatat kenaikan signifikan sebesar 5,4 persen, diikuti segmen makanan ringan yang tumbuh 3,8 persen.

"Meskipun demikian, tekanan biaya tetap membayangi kinerja perusahaan. Laba kotor ICBP turun 4,0 persen, dan laba operasional (EBIT) turun tajam sebesar 8,2 persen pada kuartal yang sama," tulis Samuel Sekuritas dalam risetnya.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh depresiasi nilai tukar Rupiah dan kenaikan harga bahan baku yang berbasis dolar Amerika Serikat, seperti minyak sawit mentah (CPO) dan minyak kedelai, yang mengalami lonjakan harga hingga 10,2 persen secara tahunan.
Kendati demikian, ICBP berhasil mencatatkan laba bersih hampir Rp 2,7 triliun, tumbuh 13,0 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini terutama didorong oleh kontribusi dari entitas asosiasi dan usaha patungan.
Di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dan daya beli masyarakat yang masih lemah, permintaan terhadap mi instan diperkirakan tetap kuat. Mi instan dinilai sebagai solusi makanan murah dan mengenyangkan, menjadikannya pilihan utama masyarakat dalam kondisi sulit.
ICBP, yang menguasai sekitar 70 persen pangsa pasar mi instan di Indonesia, dinilai memiliki posisi yang sangat kuat untuk menangkap peluang dari fenomena "down-trading" atau pergeseran konsumen dari produk premium ke produk yang lebih terjangkau.
Baca Juga: Trump Ancam Rusia, Harga BBM Meroket? Begini Cara Kontraktor Selamat dari Krisis!
Dalam pandangan Samuel Sekuritas, penghapusan tarif impor gandum oleh AS akan menjadi katalis positif bagi ICBP ke depan. Harga tepung terigu yang lebih murah berpotensi membantu perusahaan menekan tekanan biaya produksi, sekaligus menjaga margin keuntungan.
Dari sisi valuasi, saham ICBP dianggap atraktif dengan proyeksi price-to-earnings ratio (PER) tahun 2026 sebesar 10,6 kali dan rasio PEG sebesar 0,8 kali. Samuel Sekuritas menetapkan target harga saham ICBP di level Rp 14.000 per lembar, mencerminkan potensi kenaikan sebesar 34,6 persen dari posisi saat ini.
Meski prospeknya menjanjikan, Samuel Sekuritas juga mewanti-wanti beberapa risiko yang masih mengintai, antara lain potensi pelemahan nilai tukar Rupiah secara berkelanjutan serta potensi kenaikan harga bahan baku, terutama dalam kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
Namun secara keseluruhan, emiten Grup Salim ini dipandang berada dalam posisi yang cukup strategis untuk memetik keuntungan dari perubahan kebijakan global dan dinamika pasar domestik