Suara.com - PT Unilever Indonesia Tbk (“Perseroan”) hari ini mengumumkan kinerja keuangan untuk semester pertama 2025. Perseroan mencatat penjualan bersih sebesar Rp18,2 triliun dan laba bersih Rp2,2 triliun. Meski masih terkoreksi dibandingkan tahun sebelumnya, kinerja ini menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan Semester II 2024.
Secara tahunan, penjualan bersih terkoreksi 4,4% dan laba bersih terkoreksi 12,6%. Namun, dibandingkan Semester II 2024, penjualan bersih naik 13,1% dan laba bersih melonjak 139,0%. Margin laba sebelum pajak juga meningkat menjadi 15,5% dibandingkan semester II 2024.
![Ilustrasi. Logo Unilever. [Unilever.co.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/07/03/12319-logo-unilever.jpg)
Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, menyampaikan optimisme atas pencapaian ini.
“Meskipun kinerja kami di Semester I 2025 masih berada di bawah capaian tahun sebelumnya, kami melihat perbaikan bertahap, baik dalam pertumbuhan penjualan maupun profitabilitas. Capaian ini menjadi landasan untuk kembali tumbuh mulai Kuartal III 2025 sesuai proyeksi,” ujarnya.
Penguatan Merek hingga Transformasi Go-to-Market
Pertama, Unilever menegaskan komitmennya untuk memaksimalkan potensi merek inti, di mana pada paruh pertama tahun 2025 Perseroan memperkuat identitas dan proposisi nilai dari merek-merek inti seperti Lifebuoy, Pepsodent, dan Royco melalui perbaikan enam aspek pemasaran (6P): Product, Price, Place, Promotion, Prepositions, dan Pack.
Kedua, dalam hal menciptakan pasar, Unilever berupaya menggarap segmen yang berkembang pesat sangat penting untuk menangkap permintaan yang lebih besar sekaligus menunjukkan kelincahan Perseroan dalam merespon kebutuhan konsumen yang terus berkembang. Pada Semester I, segmen dengan pertumbuhan tinggi seperti Beauty & Wellbeing (Sun, Serum, Treatments, Lightweight) membukukan pertumbuhan sebesar +36%.
Sedangkan untuk menjangkau segmen bawah, Unilever memperluas aksesibilitas bagi semua segmen konsumen dan terus memperluas penawaran produk-produk dengan harga yang terjangkau. Inisiatif yang dilakukan antara lain adalah meluncurkan Sabun Batang Lifebuoy; Bango magic dengan harga Rp 1000, dan meluncurkan Rinso dengan kemasan baru di harga Rp 500. Berbagai inovasi ini memungkinkan Perseroan memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus memperkuat kehadiran di saluran general trade.
Dalam meningkatkan dampak bisnis melalui transformasi Go-To-Market, Perseroan meningkatkan cakupan distribusi langsung, kapasitas tenaga penjualan, serta optimalisasi variasi produk. Strategi ini bertujuan meningkatkan layanan, mendorong penjualan harian yang lebih kuat dan model Distributive Trade yang lebih menguntungkan.
Baca Juga: Bentuk Komitmen pada Pemegang Saham, Unilever Indonesia Bagi Dividen Penuh 99,7%
“Kami berhasil mencapai kemajuan yang baik di ranah operasional utama selama Semester I, memperkuat fundamental bisnis kami. Kami menjaga tingkat stok pelanggan tetap optimal dan meningkatkan tingkat layanan kami, sehingga kami bisa mengirimkan produk yang tepat dan tepat waktu,” ucap Benjie.
Tingkatkan Nilai Jangka Panjang bagi Pemegang Saham
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan nilai bagi pemegang saham, Unilever Indonesia berencana membeli kembali saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nilai maksimum Rp2 triliun. Inisiatif ini menegaskan komitmen berkelanjutan Perseroan dalam meningkatkan imbal hasil bagi pemegang saham, sambil tetap menjaga fleksibilitas keuangan untuk berinvestasi dalam pertumbuhan di masa depan. Perseroan percaya bahwa ini merupakan langkah strategis yang diambil pada waktu yang tepat untuk memperkuat posisi jangka panjang.
Benjie Yap menambahkan, "Ke depannya Unilever tetap fokus pada penguatan merek, peningkatan kapabilitas Go-to-Market, dan mendorong daya saing biaya yang lebih besar melalui kegiatan operasional yang lebih disiplin serta berbagai inisiatif transformasi. Dengan berjalan baiknya upaya-upaya ini, kami optimis akan kemampuan kami untuk kembali tumbuh mulai Kuartal III 2025." ***