Suara.com - Raksasa teknologi Indonesia, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), akhirnya merilis laporan keuangan sepanjang semester I 2025. Meskipun mencatatkan peningkatan pendapatan, GOTO ternyata masih dililit kerugian. Namun, ada kabar baik yang membuat investor optimistis yakni kerugian itu berhasil ditekan hingga puluhan persen.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi, Rabu, (13/8/2025), GOTO membukukan pendapatan sebesar Rp8,5 triliun, naik 10,3 persen secara tahunan. Kenaikan ini didorong oleh sektor-sektor kunci, terutama jasa pengiriman yang naik 3,3 persen menjadi Rp2,75 triliun. Pinjaman yang melonjak drastis hingga 146,5 persen menjadi Rp1,64 triliun.
Sayangnya, tidak semua sektor positif. Pendapatan dari imbalan jasa justru merosot 6,1 persen menjadi Rp2,74 triliun, sementara pendapatan lain-lain menyusut 12,01 persen menjadi Rp769,8 miliar.
Di tengah fluktuasi pendapatan, GOTO menunjukkan performa luar biasa dalam mengendalikan biaya. Perusahaan berhasil menekan total biaya dan beban sebesar 7,7 persen, menjadi Rp8,73 triliun.
Meski demikian, GOTO masih menanggung rugi usaha sebesar Rp171,59 miliar. Angka ini memang masih merah, namun menunjukkan perbaikan signifikan. Nilai kerugian ini menyusut 90,09 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,72 triliun!
Rugi bersih GOTO pun mengikuti tren yang sama, berkurang 78,5 persen menjadi Rp580,01 miliar.
Namun, ada sisi lain yang patut dicermati. Kerugian yang terus terjadi membuat akumulasi rugi atau defisit GOTO kian dalam, mencapai Rp214,72 triliun. Dengan angka ini, GOTO tercatat sebagai emiten dengan defisit terdalam di antara 950 emiten yang terdaftar di BEI.
Dampak dari kerugian yang terus berlangsung juga terlihat pada neraca keuangan. Total ekuitas GOTO tergerus 4,2 persen menjadi Rp29,194 triliun. Sementara itu, kewajiban perusahaan justru bertambah 2,3 persen menjadi Rp13,124 triliun.
Selain itu, arus kas yang digunakan untuk operasi selama semester I 2025 tercatat sebesar Rp612,05 miliar. Hal ini turut membuat kas setara kas menyusut 7,3 persen menjadi Rp17,779 triliun.
Baca Juga: Skandal Haji Rp1 Triliun: KPK Geledah Kantor Ditjen PHU, Apa Hasilnya?