Suara.com - Pasar aset kripto global kembali kemerosotan karena menghadapi guncangan hebat dari sentimen global. Aset-aset kripto andalan seperti Bitcoin, Ethereum, hingga Dogecoin meluncur ke jurang.
Dikutip dari data Coinmarketcap, Bitcoin (BTC) turun lebih dari 1,12 persen dalam 24 jam terakhir dan melemah 2,27 persen sepanjang sepekan.
Hingga kini, harga BTC menyentuh level USD 113,000 saat artikel ini ditulis (20 Agustus 2025). Ethereum (ETH) juga mengikuti tren pelemahan. ETH berada di harga USD 4,200.
Cardano (ADA) tercatat anjlok 3,84 pers di harga USD 0,92, Solana (SOL) di harga USD 179, XRP di harga USD 3, dan Dogecoin (DOGE) di harga USD 0,21.
![Ilustrasi [Pixabay/vjkombajn]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/09/26/12420-ilustrasi-kripto-bitcoin-ethereum-ripple-xrp.jpg)
Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto global anjlok menjadi USD 3,8 triliun, melemah dalam 24 jam terakhir. Indeks Sentimen Pasar Kripto (Crypto Fear and Greed Index) tercatat berada pada level 53, menunjukkan kondisi netral dengan kecenderungan waspada.
Adapun, tekanan harga kali ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sentimen pasar melemah jelang pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang diperkirakan memberi sinyal arah kebijakan moneter Amerika Serikat.
Selain itu, regulator keuangan Korea Selatan baru saja memerintahkan bursa kripto lokal untuk menghentikan layanan pinjaman kripto. Kebijakan mendadak ini menambah kecemasan investor terkait stabilitas pasar regional.
Dari sisi on-chain, tercatat adanya pergerakan signifikan dari whale dan institusi. Data menunjukkan sebanyak 12.000 BTC dikirim ke bursa, indikasi aksi ambil untung oleh pemegang besar.
Namun, akumulasi tetap terjadi di sisi treasury: Metaplanet menambah 775 BTC senilai sekitar USD 93 juta, sementara MicroStrategy membeli tambahan 430 BTC. Kombinasi ini menunjukkan dinamika pasar yang kompleks. Jika deposit whale terus meningkat, potensi kepanikan investor ritel bisa muncul.
Baca Juga: Intip Persiapan CFX Crypto Conference 2025: Aset Kripto Jadi Senjata Ketahanan Ekonomi Digital
Sebaliknya, akumulasi oleh perusahaan publik menjadi faktor penopang jangka panjang, meskipun efek jangka pendeknya terbatas.
Vice President INDODAX, Antony Kusuma, menilai koreksi pasar kali ini merupakan respons normal dari investor terhadap ketidakpastian global.
"Pasar kripto sering kali bergerak lebih cepat dalam merespons sinyal kebijakan makroekonomi dibanding instrumen lain. Tekanan harga yang terjadi saat ini mencerminkan sikap investor yang menahan posisi sambil menunggu kejelasan dari bank sentral Amerika," ujar Antony di Jakarta, Kamis (21/8/2025).
Antony memandang, deposit besar ke bursa dari whale seringkali memicu volatilitas jangka pendek, dan jika tren ini berlanjut, investor ritel bisa terdorong melakukan aksi jual.
"Namun, akumulasi yang dilakukan institusi justru memperlihatkan semakin kuatnya keyakinan terhadap nilai Bitcoin dalam jangka panjang. Perbedaan perilaku antara trader jangka pendek dan strategi perbendaharaan jangka panjang inilah yang membuat dinamika pasar Bitcoin menjadi unik," imbuhnya.
Antony menambahkan bahwa meski pembelian oleh institusi memberikan fondasi jangka panjang, dampaknya terhadap harga tidak serta-merta langsung terasa dibandingkan dengan tekanan jual dari whale. "Saat ini pasar berada di titik keseimbangan antara aksi ambil untung whale dan strategi akumulasi institusi. Investor perlu berhati-hati dalam jangka pendek, namun tetap melihat adanya struktur penopang yang terbentuk untuk jangka panjang," katanya.