- Pengembang Properti Tetap Garap Proyek Mal, Meski Tren Belanja Online Tinggi
- Ruang Ritel di Jabodetabek akan Tetap Tumbuh
- Pengelola Mal Ganti Strategi Kembangkan Cafe Tarik Pengunjung
Suara.com - Di tengah maraknya tren belanja online, pusat perbelanjaan atau mal masih menjadi daya tarik utama bagi masyarakat perkotaan. Mal tidak lagi sekadar tempat berbelanja, melainkan juga destinasi gaya hidup, hiburan, dan kuliner yang sulit tergantikan.
Laporan Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, pasokan ritel di Jabodetabek diproyeksikan terus bertumbuh hingga akhir tahun. Beberapa proyek baru seperti Lippo Mall East Side, Summarecon Mall Bekasi Tahap 2, dan perluasan Grand Metropolitan Mall Bekasi siap meramaikan pasar.
Pada kuartal II/2025, Jakarta bahkan menambah 5.000 meter persegi ruang ritel baru lewat pembukaan Antasari Place, sehingga total pasokan kumulatif mencapai 4,8 juta meter persegi.
Selain pembangunan baru, sejumlah mal lama juga menjalani transformasi untuk menyegarkan konsep dan kembali menarik pengunjung.

Lippo Mall Nusantara (sebelumnya Plaza Semanggi) serta Epiwalk Mall Kuningan menjadi contoh bagaimana renovasi dapat menghidupkan kembali daya tarik pusat perbelanjaan.
CEO Grup Lippo Indonesia, John Riady, menegaskan bahwa perubahan perilaku konsumen menjadi dasar strategi perusahaan dalam mengembangkan mal.
"Variasi kuliner menjadi salah satu elemen penting dalam transformasi pusat perbelanjaan. Untuk itu, kami menghadirkan kafe trendi, tempat makan santai, hingga klaster F&B premium. Tujuannya meningkatkan jumlah dan lama kunjungan, sekaligus memperkaya pengalaman pengunjung,” kata John di Jakarta, Rabu (3/9/2025).
Menurutnya, strategi ini juga dibarengi dengan pengurangan ketergantungan pada hipermarket atau supermarket, serta peningkatan area hiburan untuk meraih segmen pelanggan yang lebih luas.
Dampak strategi tersebut tercermin pada kinerja keuangan PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR). Pada paruh pertama 2025, perusahaan mencatat pendapatan Rp 4,12 triliun, EBITDA Rp 627 miliar, dan laba bersih setelah pajak Rp 138 miliar.
Baca Juga: Mal Atrium Senen Tutup Operasional Imbas Demo Jakarta, Kapan Buka Kembali?
Pada segmen gaya hidup, LPKR meraih pendapatan stabil Rp 659 miliar dengan laba kotor tumbuh 13 persen menjadi Rp 493 miliar. EBITDA juga melesat 41 persen menjadi Rp 213 miliar berkat peningkatan sewa dan pemulihan operasional.
Sementara itu, rata-rata tarif kamar hotel naik 5 persen menjadi Rp 636 ribu, dan kunjungan ke mal stabil di atas 11 juta per bulan. Kondisi ini menegaskan bahwa meski belanja daring semakin populer, mal tetap menjadi magnet utama masyarakat urban.