Sesalkan Penjarahan ke Rumah Sri Mulyani, Celios: Pengawalan Rumah Menkeu Harusnya Setara Wapres

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 05 September 2025 | 20:32 WIB
Sesalkan Penjarahan ke Rumah Sri Mulyani, Celios: Pengawalan Rumah Menkeu Harusnya Setara Wapres
Menkeu Sri Mulyani Indrawati. [Antara/Muhammad Iqbal]
Baca 10 detik
  • Pengawalan di rumah Menkeu seharusya setara dengan Wapres.
  • Serangan ke rumah Sri Mulyani dikhawatirkan dinilai oleh dunia luar sebagai ketidakmampuan pemerintah menjaga stabilitas ekonomi.
  • Sri Mulyani: kepastian hukum sudah lenyap.

Suara.com - Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan pengawalan atas rumah Menteri Keuangan seharusnya setara dengan RI-2 atau wakil presiden.

Bhima menggarisbawahi posisi menteri keuangan memegang kunci anggaran negara. Jalan atau tidaknya program pemerintah hingga kepercayaan investor sebagian besar ditopang oleh kredibilitas menteri keuangan.

“Kita semua mengutuk kejadian penjarahan. Dari dulu saya konsisten kritis terhadap menteri keuangan, salah satunya karena menkeu ini kami anggap sebagai RI-2,” kata Bhima dalam taklimat media di Jakarta, Kamis (4/9/2025).

Maka dari itu, ia menilai seharusnya Presiden Prabowo Subianto memberikan perlindungan yang lebih ketat terhadap Sri Mulyani yang menduduki posisi menteri keuangan.

Dia khawatir penjarahan bisa mempengaruhi pandangan dunia internasional terhadap stabilitas ekonomi-politik di Indonesia.

Selain meningkatkan perlindungan menkeu, Bhima berharap pemerintah juga bisa segera memenuhi tuntutan publik agar masalah bisa cepat terselesaikan. Hal ini salah satunya bertujuan untuk menjaga pandangan dunia terhadap Indonesia.

Sri Mulyani: Kepastian Hukum Sudah Hilang

Sri Mulyani sendiri tak bisa menahan kekecewaanya akibat serangan yang diduga terencana dan terkoordinasi di rumahnya pada 31 Agustus dini hari.

Ia mengatakan serangan dan penjarahan, yang turut menghilangkan sebuah lukisan karyanya sendiri, menunjukkan bahwa hukum dan kepastian hukum sudah hilang dari Indonesia.

Baca Juga: CEK FAKTA: Sri Mulyani Mundur dari Kabinet

"Lukisan Bunga itu telah raib lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia," tulis Sri Mulyani di Facebook pada awal pekan ini.

Rumah Menkeu Sri Mulyani Indrawati yang dijarah oleh massa yang diduga terlatih dan terkoordinasi, sedang dibereskan pada Minggu pagi (31/9/2025). [Antara/Muhammad Iqbal]
Rumah Menkeu Sri Mulyani Indrawati yang dijarah oleh massa yang diduga terlatih dan terkoordinasi, sedang dibereskan pada Minggu pagi (31/9/2025). [Antara/Muhammad Iqbal]

"Hilang hukum, hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan. Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan. Absurd," tulis Sri Mulyani lebih lanjut.

Meski demikian Sri Mulyani mengakui bahwa kehilangan yang dia rasakan tak sebanding dengan kematian para demonstran dan warga sipil yang terjebak dalam kerusuhan, yang oleh banyak pihak diduga kuat dilakukan secara terkoordinasi.

Minggu kelabu akhir Agustus itu, ada korban yang jauh lebih berharga dibanding sekedar lukisan saya, yaitu korban jiwa manusia yang melayang yang tak akan tergantikan," lanjut Sri Mulyani.

"Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari. Menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga. Tragedi kelam Indonesia," imbuh dia, sembari menyebut pengemudi ojol yang tewas dilindas rantis Brimob dan mereka yang tewas dalam pembakaran Gedung DPRD Sulawesi Selatan di Makassar.

Menutup tulisannya, Sri Mulyani mengajak sesama masyarakat untuk tidak lelah mencintai Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa dalam kerusuhan tidak ada pemenang.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?