Bukan Sekadar Proyek Seksi! Hutan Utuh Justru Jadi 'Lahan Emas' Baru Bagi Investor Hijau

Selasa, 16 September 2025 | 08:14 WIB
Bukan Sekadar Proyek Seksi! Hutan Utuh Justru Jadi 'Lahan Emas' Baru Bagi Investor Hijau
Ilustrasi. Selama ini, proyek restorasi hutan sering dianggap lebih menarik bagi investor dibandingkan upaya menjaga ekosistem yang masih utuh. Foto ist.
Baca 10 detik
  • Selama ini, proyek restorasi hutan sering dianggap lebih menarik bagi investor.
  • Para ahli ekonomi dan lingkungan sepakat bahwa melindungi hutan yang sudah ada sama pentingnya
  • Investor untuk tidak hanya mengejar keuntungan finansial, tetapi juga dampak jangka panjang.

Suara.com - Selama ini, proyek restorasi hutan sering dianggap lebih menarik bagi investor dibandingkan upaya menjaga ekosistem yang masih utuh. Padahal, para ahli ekonomi dan lingkungan sepakat bahwa melindungi hutan yang sudah ada sama pentingnya dengan memulihkan yang rusak.

Namun, bagaimana cara membuat perlindungan ekosistem menjadi "seksi" di mata investor?

Damayanti Ratunanda, Direktur Penyaluran Dana BPDLH, memperkenalkan skema pendanaan inovatif yang memadukan ekonomi dan konservasi. Salah satunya adalah program Fasilitas Dana Bergulir Tunda Tebang.

"Pohon bisa menjadi jaminan, tetapi tetap harus dijaga. Skema ini bukan hanya mendukung usaha produktif, tapi juga memastikan kelestarian hutan," ujar Damayanti dalam diskusi publik bertajuk “Green Resilience by Protection: Unlocking Ecosystem-Based Financing to Secure Indonesia’s Living Ecoscapes” beberapa waktu lalu.

Melalui skema ini, BPDLH berupaya menjembatani masyarakat agar lebih mudah mengakses pembiayaan, dengan syarat pohon milik petani tidak boleh ditebang. Ini adalah cara cerdas untuk memberi nilai ekonomi pada pohon yang masih berdiri, mengubahnya dari aset yang harus ditebang menjadi jaminan finansial.

Desta Pratama, Direktur CSF Indonesia, menambahkan perspektif menarik bahwa masyarakat adat yang menjaga hutan seringkali memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi. Menurutnya, ini karena mereka mampu mengelola hutan secara berkelanjutan.

"Tanah yang dijaga dan dikelola secara adat memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu syaratnya, property rights harus ada di tangan masyarakat adat," kata Desta. Ia menekankan, kepastian hak atas lahan akan mendorong masyarakat untuk menyusun strategi pengelolaan berbasis komunitas yang bisa menjadi landasan bagi investasi berbasis proteksi.

Dari sudut pandang investor, Saskia Tjokro, Direktur ANGIN Advisory, menegaskan bahwa uang hanyalah alat. Ia mendorong investor untuk tidak hanya mengejar keuntungan finansial, tetapi juga dampak jangka panjang. "UMKM di sekitar hutan seringkali minim akses modal dan pengetahuan, padahal merekalah penopang utama ekosistem ekonomi di kawasan tersebut," ujarnya.

Thomas Veriasa, Direktur Eksekutif LATIN, menutup diskusi dengan pesan tajam: "Kalau bekerja dengan masyarakat jangan coba-coba, karena mereka bukan tempat uji coba." Ia menekankan bahwa keterlibatan masyarakat adalah syarat mutlak, dan komitmen jangka panjang adalah kunci keberhasilan.

Baca Juga: Terinspirasi Kampung Adat Kuta, Raja Juli Bentuk Tim Super untuk Kepastian Hukum Hutan Adat

Sebagai bukti, ia menyebutkan bahwa dengan social engineering yang baik, tingkat kegagalan penanaman pohon bisa ditekan hingga hanya 3%. Ini membuktikan bahwa investasi yang mengutamakan keberpihakan pada masyarakat akan memberikan hasil yang jauh lebih optimal.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI