Produksi Padi Indonesia Kalah dari Vietnam, Imbas Ketergantungan Pupuk Kimia?

M Nurhadi Suara.Com
Minggu, 21 September 2025 | 13:45 WIB
Produksi Padi Indonesia Kalah dari Vietnam, Imbas Ketergantungan Pupuk Kimia?
Ilustrasi petani Indonesia di sawah (Pexels/hartono subagio)
Baca 10 detik
  • BGN meluncurkan program BGN Agripreneur untuk menciptakan wirausahawan pertanian baru yang memanfaatkan teknologi digital.

  • Program ini bertujuan mengatasi tantangan di sektor pertanian seperti kesejahteraan petani yang rendah dan kurangnya minat anak muda, sekaligus menangkap potensi pasar organik global yang sangat besar.

  • BGN Agripreneur didasarkan pada kesuksesan produk pupuk organik Mustika Tani, yang terbukti mampu meningkatkan kualitas panen dan efisiensi biaya bagi petani.

Suara.com - PT Berniaga Gemilang Nusantara (BGN) secara resmi meluncurkan gerakan BGN Agripreneur di Gedung Budaya Sabilulungan, Soreang, di hadapan 700 peserta.

Inisiatif ini dirancang untuk mencetak generasi baru wirausahawan pertanian yang memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan pasar.

Menurut H. Suroto Zaffirt, pemilik PT BGN, program ini berawal dari keprihatinan terhadap kondisi pertanian di Indonesia.

Ia menyoroti rendahnya kesejahteraan petani, kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk kimia, serta minimnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian.

"BGN Agripreneur adalah ikhtiar kami untuk mengubah tantangan tersebut menjadi peluang ekonomi yang berkelanjutan," ujar Suroto, dikutip dalam keterangan resminya.

Suripto, Penasihat Program BGN Agripreneur, memaparkan tantangan serius yang dihadapi sektor pertanian nasional. Ia menyebutkan bahwa 60% lahan pertanian mengalami kerusakan karena ketergantungan pada pupuk kimia.

Selain itu, produktivitas padi nasional (5,2 ton/ha) masih di bawah Vietnam (6,1 ton/ha), dan rata-rata usia petani saat ini sudah di atas 50 tahun, mengancam regenerasi.

Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat potensi pasar yang sangat besar. Suripto menyoroti nilai pasar produk organik global yang diproyeksikan mencapai Rp11.200 triliun pada 2032.

Sementara itu, kebutuhan pasar domestik Indonesia senilai Rp2.400 triliun masih belum terisi.

Baca Juga: Lahan Jadi Sekolah: Petani Muda Kebumen Ini Ubah Pertanian Jadi Ajang Berbagi Ilmu

Dalam acara tersebut, Danny Ramdani, seorang praktisi pemasaran digital, menekankan pentingnya adaptasi digital.

Ia menyebutkan bahwa dengan 212 juta pengguna internet di Indonesia per Februari 2025, pasar digital telah menjadi tempat utama bagi bisnis.

"Ini bukan lagi pilihan, di sinilah pasar kita berada," tegas Danny.

Program BGN Agripreneur dibangun di atas keberhasilan produk unggulan perusahaan, yaitu pupuk organik Mustika Tani. Pak Edi, seorang petani tebu dari Malang, memberikan testimoni bahwa penggunaan pupuk ini membuat panen tebu miliknya meningkat secara kualitas.

"Usia tebu baru 6 bulan, tapi kadar gulanya sudah mencapai kadar gula tinggi (19% brix). Biasanya baru tercapai di usia 1 tahun," jelasnya.

Kesuksesan lain datang dari Haji Andre, seorang eksportir sayuran yang mengelola 3.000 hektar lahan. Ia menyatakan bahwa penggunaan produk BGN membuat biaya pemupukan menjadi lebih hemat, panen lebih cepat, hasil meningkat, dan kualitas pascapanen lebih baik.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI