-
Lembaga Pemeringkat Japan Credit Rating Agency mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB+.
-
Afirmasi rating dan outlook tersebut mencerminkan keyakinan internasional terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
-
JCR juga menilai cadangan devisa Indonesia tetap tinggi.
Suara.com - Lembaga Pemeringkat Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR) kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB+ (Investment Grade). Hal ini menjadi sentimen positif bagi perekonomian Indonesia dengan outlook stabil.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan hal ini menujukan kepercayaan internasional terhadap ketahanan fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat.
"Salah satunya dari konsumsi domestik, kebijakan fiskal hati-hati, serta rasio utang publik yang terkendali meski basis penerimaan negara masih perlu diperluas," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (25/9/2025).
Dia menyatakan bahwa afirmasi rating dan outlook tersebut mencerminkan keyakinan kuat pemangku kepentingan internasional terhadap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia di tengah tantangan global.
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan kebijakan stimulus fiskal dan sektor riil Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas perekonomian," imbuhnya
Sementara itu, JCR juga menilai cadangan devisa Indonesia tetap tinggi, mencapai USD 150,7 miliar atau setara 6,3 bulan impor per akhir Agustus 2025, serta tren positif investasi langsung yang menopang daya tahan ekonomi nasional.
JCR juga menilai kinerja perekonomian Indonesia tetap kuat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan terjaga di kisaran 5% dan diproyeksikan tetap terjaga di kisaran serupa dalam jangka menengah, meskipun pada 2025 berpotensi melambat di bawah 5% akibat melemahnya permintaan eksternal dari penerapan tarif timbal balik AS.
Kinerja ekonomi ditopang oleh konsumsi swasta, belanja pemerintah pasca pemilu, investasi infrastruktur, serta ekspor menjelang penerapan tarif. Dari sisi fiskal, kredibilitas kebijakan fiskal terjaga tercermin pada defisit fiskal yang terjaga di kisaran 2,3–2,5% PDB serta rasio utang pemerintah tetap di bawah 40 persen.
Dari sisi eksternal, JCR menilai defisit transaksi berjalan Indonesia diperkirakan masih akan meningkat secara bertahap pada 2025 seiring lemahnya permintaan eksternal akibat penerapan tarif resiprokal AS. Meski demikian, ketahanan eksternal Indonesia tetap terjaga, didukung tren positif investasi langsung serta cadangan devisa yang tetap tinggi.
Baca Juga: Aliran Modal Asing Kabur Rp8,12 Triliun dari Indonesia Selama Sepekan, Pertanda Apa?