-
IBCSD melalui GRASP 2030 bersama KSPL, Bapanas, dan P4G mengadakan pelatihan perhitungan SSP.
-
Ini sekaligus juga memperingati IDAFLW 2025 dan empat tahun GRASP 2030.
-
Acara diikuti lebih dari 220 peserta dari sektor bisnis dan pemerintah daerah, dengan fokus pada penerapan metode baku penghitungan SSP serta pendekatan TMA.
Suara.com - Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) melalui inisiatif GRASP 2030 (Gotong Royong Atasi Susut dan Sisa Pangan di tahun 2030) bersama Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL), berkolaborasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) serta Partnering for Green Growth and the Global Goals 2030 (P4G), sukses menyelenggarakan Pelatihan Perhitungan Susut dan Sisa Pangan (SSP) bagi pelaku usaha dan pemerintah daerah pada 30 September – 1 Oktober 2025 di Hotel JS Luwansa, Jakarta.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam memperingati International Day of Awareness of Food Loss and Waste (IDAFLW) 2025 sekaligus menjadi puncak perayaan empat tahun GRASP 2030.
Dipandu oleh artis Olga Lidya yang dikenal memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan, acara ini semakin menegaskan komitmen bersama untuk mengurangi susut dan sisa pangan.
Direktur Eksekutif IBCSD, Indah Budiani, menyampaikan bahwa perayaan empat tahun GRASP 2030 sekaligus menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi multipihak dalam penanganan susut dan sisa pangan.
"Kami ingin memastikan bahwa komitmen ini tidak berhenti pada deklarasi, tetapi diwujudkan dalam kapasitas nyata melalui pelatihan bagi pemerintah daerah dan dunia usaha agar mampu mengintegrasikan pengelolaan SSP ke dalam praktik dan kebijakan mereka," kata Indah.
Susut dan sisa pangan telah menjadi tantangan besar yang merugikan ekonomi, lingkungan dan sosial, sehingga isu ini kini ditempatkan sebagai prioritas dalam RPJMN 2025–2029 dan Peta Jalan Pengelolaan SSP Nasional.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi menyebutkan dalam sambutannya; "Indonesia juga turut berkomitmen dalam mencapai target SDGs 12.3 yang sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2025-2029, di mana pengelolaan SSP jadi salah satu kegiatan prioritas dengan target persentase penyelamatan pangan sekitar 3-5 persen per tahun. Keberhasilan penanganan SSP memerlukan komitmen dan kolaborasi lintas sektor, dengan langkah konkret yang dilakukan Bapanas, yakni bekerja sama dengan berbagai mitra dalam Gerakan Selamatkan Pangan."
Kegiatan ini sekaligus jadi kesempatan untuk memperkenalkan dan mempraktikkan Metode Baku Perhitungan Susut dan Sisa Pangan yang diluncurkan oleh KSPL, Badan Pangan Nasional, dan Kementerian PPN/Bappenas pada 24 September 2024 kepada rekan-rekan bisnis, terutama dari sektor manufaktur, retail, horeka (hotel, restoran, kafe), serta pemerintah daerah.
Kepala Sekretariat KSPL, Gina Karina, menekankan pentingnya pelatihan ini sebagai langkah awal untuk menentukan strategi intervensi penurunan SSP dengan lebih terukur dan berbasis data.
"Kiranya hingga akhir tahun nanti, masing-masing dari rekan bisnis dan pemerintah daerah yang hadir hari ini sudah memiliki sekurangnya draf awal strategi penurunan SSP yang siap untuk diimplementasikan di tahun depan,” ungkap Gina.
Pelatihan ini diikuti lebih dari 220 peserta dari pelaku bisnis sektor ritel, manufaktur, dan horeka, serta pemerintah provinsi lokasi kerja KSPL yang mencakup Sumatera Barat, Jawa Timur, dan NTT.
Acara ini juga berlangsung secara hybrid sehingga perwakilan pemerintah daerah lainnya di Indonesia juga turut mengikuti sesi-sesi pelatihan secara daring.
Selama dua hari penuh, peserta memperoleh pemahaman pendekatan Target–Measure–Act (TMA), pelatihan metode dan instrumen penghitungan serta pelaporannya, simulasi kasus nyata dari sektor bisnis, penyusunan rencana aksi pengurangan SSP di provinsi yang terhubung dengan peta jalan dan kebijakan nasional, hingga pengenalan digitalisasi data untuk pelacakan dan monitoring SSP.
Kegiatan ini menghadirkan kolaborasi berbagai lembaga kunci seperti Bappenas, WRAP, Garda Pangan, GAIN (Global Alliance for Improved Nutrition), World Resources Institute (WRI) Indonesia, Nutrifood, dan mitra lainnya yang bersama-sama berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk memperkuat kapasitas pemerintah daerah dan dunia usaha dalam pengelolaan susut dan sisa pangan.
Selain sesi pelatihan, acara juga diisi dengan seremonial perayaan IDAFLW 2025 yang mencakup peluncuran Platform Stop Boros Pangan yang digagas oleh Bapanas, dilanjutkan peluncuran Pedoman Redistribusi Pangan yang disusun bersama para signatories GRASP 2030.