- Direktur Vivo Energy Indonesia Leonard Mamahit membenarkan BBM Pertamina memiliki kandungan yang tak bisa diterima oleh pihaknya.
- Pertamina mengatakan yang jadi masalah adalah kandungan etanol, yang kadarnya masih di bawah batas yang ditetapkan pemerintah.
- Vivo mengakui stok BBM perusahaan akan habis pada pertengahan Oktober tahun ini.
Suara.com - PT Vivo Energy Indonesia, salah satu perusahaan penyedian bahan bakar swasta di Tanah Air, mengakui pihaknya batal membeli BBM Pertamina, meski di saat yang sama juga mengungkapkan bahwa stok BBM miliknya segera habis.
Direktur Vivo Energy Indonesia Leonard Mamahit, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR, Rabu (01/10/2025), mengakui pihaknya batal membeli BBM Pertamina karena adanya kandungan etanol dengan kadar yang tak bisa ditolerir perusahaan.
Padahal, sebelumnya Vivo berencana membeli 40.000 barel BBM dari Pertamina.
"Sehingga apa yang sudah kami minta, terpaksa dibatalkan," kata Leonard.
Meski demikian Leonard mengatakan di masa depan tak tertutup kemungkinan pihaknya akan bekerja sama dengan Pertamina, terutama jika spesifikasi BBM yang diminta bisa disediakan oleh perusahaan minyak negara itu.
Apa lagi Leonard mengungkapkan stok BBM Vivo diperkirakan habis pada pertengahan bulan Oktober ini.
"Mungkin kami akan berkoordinasi dengan Pertamina, siapa tahu apa yang kami minta itu bisa dipenuhi. Kami akan beli dari Pertamina," imbuh dia.
Sebelumnya Wakil Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar pada Rabu (1/10/2025) mengumumkan Vivo dan BP-APR sepakat membatalkan rencana pembelian bahan bakar minyak atau BBM Pertamina.
Tadinya pada 26 September lalu, Vivo dan BP APR menyatakan sepakat untuk membeli BBM dari Pertamina setelah menggelar pertemuan tertutup dengan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Jakarta.
Baca Juga: Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
Tapi kesepakatan itu rupanya batal dilaksanakan. Achmad mengatakan Vivo dan BP-AKR batal membeli BBM dari Pertamina karena kandungan etanol di dalam bahan bakar milik perusahaan pemerintah itu dinilai lebih tinggi.
"Dan selanjutnya, setelah dua SPBU swasta itu berdiskusi kembali dengan kami, Vivo membatalkan untuk melanjutkan," kata Achmad di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Tak berselang, lama BP APR mengikuti langkah Vivo, membatalkan pembelian BBM dari Pertamina. Adapun alasan kedua SPBU swasta itu membatalkan pembelian karena BBM yang akan dijual Pertamina mengandung etanol sebesar 3,5 persen.
"Nah ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian, karena ada konten etanol tersebut," kata Achmad.
Padahal menurut Achmad, kadar etanol itu masih jauh di bawah batas regulasi yang ditentukan, yakni 20 persen.
"Konten itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah," kata Achmad.