- Investor utama (SoftBank, Peak XV) dikabarkan dorong RUPSLB untuk ganti CEO Patrick Walujo.
- Saham GOTO naik ke Rp 67 di tengah net buy asing (Rp122 M).
- Isu merger kian menguat.
Suara.com - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali menjadi magnet di pasar modal, ditutup menguat di level Rp67 per saham pada akhir perdagangan Selasa (11/11/2025) kemarin.
Kenaikan harga saham ini terjadi di tengah kian santernya kabar mengenai potensi penggabungan usaha (merger) antara GoTo dengan kompetitor regionalnya, Grab.
Dikutip via Bloomberg, pembelian bersih (net buy) asing sebesar Rp122,50 miliar di seluruh pasar pada hari itu.
Secara bulanan, akumulasi net buy asing terhadap saham GOTO telah mencapai Rp5,74 miliar.
Beberapa manajer investasi global pun tampak serius mengakumulasi saham teknologi ini, termasuk dua nama besar di pasar modal: BlackRock Inc. dan JPMorgan Chase & Co.
JPMorgan diketahui membeli sekitar 38,84 juta saham GOTO pada Selasa (11/11), sehingga total kepemilikannya mencapai 2,52 miliar saham.
Sementara itu, BlackRock Inc. sehari sebelumnya menambah posisi dengan membeli 16,15 juta saham, menjadikan total kepemilikan mereka melambung menjadi 30,03 miliar saham GOTO.
Merger GOTO-Grab
Isu merger GoTo dan Grab bukanlah hal baru, pertama kali berembus sejak Februari 2020. Setelah sempat mereda dan mencuat kembali pada Februari 2024, rumor ini kini kembali menguat sejak awal Februari 2025.
Baca Juga: Direktur Legal GOTO Ikut Memanaskan Isu Merger dengan Grab
Laporan terbaru menyebutkan bahwa rencana merger kali ini disinyalir telah mendapat restu dari Istana.
Pertemuan antara manajemen Grab, GoTo, dan Presiden Prabowo Subianto dikabarkan menghasilkan kesepahaman awal mengenai potensi konsolidasi bisnis kedua entitas raksasa digital tersebut.
Selain itu, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang memiliki kepentingan investasi di GOTO melalui PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dikabarkan akan ikut terlibat dalam aksi korporasi ini.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa pihaknya pasti akan mengikuti arahan dan masukan dari pemerintah terkait potensi penggabungan tersebut.
Meskipun keputusan akhir diserahkan kepada masing-masing perusahaan, Pandu meyakini bahwa pemerintah memiliki keinginan baik bagi kelangsungan ekosistem digital.
Danantara, sebagai entitas investasi, juga akan terus meninjau dan mendukung hubungan bisnis kedua belah pihak selama langkah tersebut menciptakan keuntungan komersial (commercial return) yang sehat.