Rupiah Kalah dari Semua Mata Uang Asia, Ada Apa dengan Ekonomi RI?

Kamis, 13 November 2025 | 15:48 WIB
Rupiah Kalah dari Semua Mata Uang Asia, Ada Apa dengan Ekonomi RI?
Ilustrasi penukaran mata uang asing. [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Rupiah melemah 0,07 persen ke level Rp16.728 per dolar AS, menjadi mata uang terlemah di Asia hari ini.

  • Pelemahan dipicu oleh ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik antara Rusia dan NATO.

  • Dari dalam negeri, tekanan tambahan datang dari target defisit APBN 2026 yang melebihi batas aman kisaran rencana fiskal pemerintah

Suara.com - Nilai tukar Rupiah ditutup melemah pada hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar Kamis (13/11/2025) ditutup di level Rp 16.728 per Dolar Amerika Serikat (AS).

Alhasil, Rupiah melemah 0,07 persen dibanding penutupan pada Rabu yang berada di level Rp 16.717 per Dolar AS.

Hal ini membuat mata uang Indonesia anjlok paling dalam dengan beberapa negara Asia.

Sebab, beberapa mata uang di Asia mengalami penguatan. Salah satunya, Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,34 persen.

Selanjutnya, Peso Filipina yang sudah ditutup naik 0,29 persen. Disusul, Yuan China terangkat 0,2 persen.

Berikutnya, Ringgit Malaysia yang terapresiasi 0,18 persen, dan Dolar Singapura yang menanjak 0,11 persen. Lalu, Yen Jepang terlihat naik 0,04 persen.

Diikuti Dolar Hongkong menguat tipis 0,02 persen terhadap the greenback di sore ini.

Sedangkan, Rupee India terkoreksi 0,04 persen dan Dolar Taiwan yang sudah ditutup melemah tipis 0,006 persen pada hari ini. Lalu, Baht Thailand terkerek 0,26 persen.

Dalam hal ini, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan Rupiah ini disebabkan oleh dua faktor yakni dari global maupun domestik.

Baca Juga: Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat

Salah satunya sektor global disebabkan oleh para pembuat kebijakan Fed terbagi pendapat mengenai penurunan suku bunga di tengah kekhawatiran inflasi.

Sebab, Gubernur Fed Stephen Miran menggambarkan kebijakan moneter AS terlalu ketat, terutama karena ia yakin meredanya inflasi perumahan akan meredakan tekanan harga.

Sementara itu, Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, pada hari Rabu mengatakan bahwa ia lebih suka mempertahankan suku bunga tetap seperti saat ini sampai ada "bukti jelas" bahwa inflasi kembali ke target 2 persen Fed.

Selain itu, Moskow menyadari bahwa negara-negara Barat anggota NATO sedang mempersiapkan persenjataan untuk kemungkinan konfrontasi langsung dengan Rusia.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Moskow juga sepenuhnya siap menghadapi kemungkinan konflik semacam itu.

Peskov mengatakan, dia sependapat dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, yang memperingatkan bahwa militerisasi Eropa yang pesat membuat perang langsung antara Rusia dan NATO semakin tak terelakkan.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI