Bangun SPPG: Kementerian PU Dukung Pemerataan Gizi dan Penguatan Ekosistem Pendidikan Daerah

Jum'at, 19 Desember 2025 | 13:00 WIB
Bangun SPPG: Kementerian PU Dukung Pemerataan Gizi dan Penguatan Ekosistem Pendidikan Daerah
Para petugas di SPPG Kebumen siap menyediakan makanan bergizi bagi masyarakat. (Dok: Istimewa)

Suara.com - Pemerataan kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kesiapan guru, infrastruktur sekolah, atau materi pembelajaran, tetapi juga oleh kondisi dasar yang mempengaruhi konsentrasi belajar, yakni kecukupan gizi harian. Dalam rangka menjawab kebutuhan fundamental tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) membangun Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebagai dapur modern di berbagai daerah. Pada tahun 2025, pembangunan dapur MBG ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Prasarana Strategis (DJPS) di lebih dari 150 lokasi yang tersebar di sejumlah provinsi, sebagai bagian dari penyediaan infrastruktur sosial secara merata.

SPPG menjadi infrastruktur kunci untuk memastikan Program Makan Bergizi Gratis memiliki standar mutu yang sama di setiap daerah. Tanpa fasilitas penyimpanan dingin, sistem sanitasi, dan dapur produksi terstandar, kualitas makanan akan sangat bergantung pada kapasitas masing-masing wilayah. Melalui pembangunan SPPG, negara berupaya mengurangi kesenjangan tersebut. Setiap unit dapur dirancang untuk melayani ratusan hingga ribuan penerima manfaat per hari, sehingga anak-anak di wilayah perkotaan maupun daerah terpencil dapat menerima makanan bergizi dengan kualitas yang relatif setara.

Dalam konteks pendidikan, gizi merupakan bagian dari ekosistem pembelajaran. Berbagai kajian internasional menunjukkan bahwa anak dengan asupan gizi yang cukup memiliki tingkat konsentrasi dan ketahanan belajar yang lebih baik. Karena itu, pembangunan SPPG tidak hanya dapat dipandang sebagai intervensi kesehatan, tetapi juga sebagai intervensi pendidikan. Dengan tersedianya makanan bergizi secara rutin, sekolah memperoleh dukungan non-akademik yang berdampak langsung pada proses belajar mengajar.

Fasilitas yang dibangun DJPS dirancang untuk beroperasi dalam skala produksi besar. Setiap SPPG mengacu pada desain prototipe nasional yang memungkinkan dapur memproduksi 800 hingga lebih dari 2.000 porsi makanan per hari, tergantung pada kebutuhan daerah. Model konstruksi modular diterapkan untuk mempercepat pembangunan, sementara desain ruang produksi dibuat terpisah antara area bahan mentah dan area makanan jadi. Sistem cold chain, instalasi pengolahan limbah, serta ventilasi khusus memastikan dapur tetap higienis meskipun beroperasi dengan intensitas tinggi.

Selain mendukung sektor pendidikan, pembangunan SPPG juga memberikan dampak ekonomi lokal. Dengan konsep pengadaan bahan pangan berbasis daerah, dapur MBG menciptakan permintaan rutin terhadap produk petani, peternak, dan pelaku UMKM setempat. Pada skala nasional, ratusan dapur yang beroperasi secara bersamaan membentuk rantai pasok pangan yang stabil. Di sisi lain, pengelolaan SPPG melibatkan tenaga kerja lokal yang mendapatkan pelatihan keamanan pangan dan manajemen produksi, sehingga infrastruktur ini sekaligus membangun kapasitas sumber daya manusia daerah.

Dari sudut pandang pemerataan pembangunan, SPPG menjadi simbol kehadiran negara di wilayah yang selama ini minim fasilitas pangan terstandar. Dengan pembangunan dapur MBG di puluhan provinsi dan ratusan titik layanan, akses terhadap makanan bergizi tidak lagi bergantung pada kemampuan sekolah atau komunitas setempat. Negara hadir melalui infrastruktur yang dirancang khusus untuk menjangkau kebutuhan dasar anak-anak secara berkelanjutan.

Dalam jangka panjang, keberadaan SPPG berkontribusi pada peningkatan kualitas human capital Indonesia. Gizi yang baik berdampak pada daya pikir, kesehatan, dan kesiapan belajar, yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas generasi mendatang. Karena itu, DJPS menempatkan pembangunan infrastruktur gizi sebagai bagian dari agenda strategis, sejalan dengan visi pembangunan sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045.

Dengan seluruh fungsi tersebut, SPPG bukan sekadar dapur produksi makanan. Ia merupakan infrastruktur pendidikan tidak langsung yang bekerja di balik layar. Sebuah ruang harapan, tempat negara memastikan bahwa setiap anak memulai proses belajarnya dengan kondisi paling dasar yang layak: makanan bergizi yang aman, higienis, dan terjangkau. Ketika negara membangun SPPG, yang sedang dibangun sesungguhnya adalah fondasi masa depan.***

Baca Juga: Omzet Perajin Telur Asin Melonjak hingga 4.000 Persen Berkat Program MBG

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI