- Harga minyak mentah dunia kembali menunjukkan tajinya pada perdagangan Senin (22/12/2025).
- Lonjakan ini dipicu oleh eskalasi ketegangan geopolitik setelah otoritas militer AS dan Venezuela.
- Harga minyak mentah Brent melonjak 44 sen atau 0,73% ke level USD 60,91 per barel.
Suara.com - Harga minyak mentah dunia kembali menunjukkan tajinya pada perdagangan Senin (22/12/2025). Lonjakan ini dipicu oleh eskalasi ketegangan geopolitik setelah otoritas militer Amerika Serikat dilaporkan mencegat kapal tanker minyak di perairan internasional dekat Venezuela.
Mengutip data dari Investing.com, harga minyak mentah Brent melonjak 44 sen atau 0,73% ke level USD 60,91 per barel. Sejalan dengan itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 40 sen atau 0,71% menjadi USD 56,92 per barel.
Kenaikan harga ini merupakan respons langsung terhadap aksi The U.S. Coast Guard yang kian agresif di kawasan Amerika Latin. Berdasarkan laporan Reuters, operasi pengejaran tanker Venezuela ini merupakan keberhasilan ketiga dalam dua minggu terakhir, sekaligus aksi kedua yang dilakukan sepanjang akhir pekan ini.
Analis IG, Tony Sycamore, menilai pasar saat ini sedang bereaksi terhadap kebijakan keras Presiden Donald Trump yang memberlakukan blokade total terhadap ekspor minyak Venezuela. Selain itu, sentimen makin keruh setelah adanya laporan serangan pesawat nirawak (drone) Ukraina yang menyasar armada bayangan Rusia di kawasan Mediterania.
"Pasar mulai kehilangan harapan bahwa perundingan perdamaian Rusia-Ukraina yang dimediasi AS akan mencapai kesepakatan yang langgeng dalam waktu dekat," ungkap Sycamore.
Perkembangan geopolitik ini secara efektif mengimbangi kekhawatiran pelaku pasar terkait kelebihan pasokan (oversupply) yang sempat menekan harga minyak pada pekan sebelumnya. Sebagai catatan, harga Brent dan WTI sempat merosot sekitar 1% pekan lalu, menyusul penurunan tajam 4% pada awal Desember.
"Keseimbangan risiko saat ini sangat mendekati pergeseran kembali ke arah kenaikan harga minyak mentah," tambah Sycamore.
Di sisi lain, upaya perdamaian yang dimediasi AS di Florida tampak masih menemui jalan buntu. Meski utusan khusus AS, Steve Witkoff, menyebut pertemuan dengan pihak Eropa dan Ukraina berlangsung produktif untuk menyamakan persepsi, sinyal negatif justru datang dari Kremlin.
Ajudan senior Vladimir Putin menegaskan bahwa revisi draf perdamaian yang diajukan Ukraina dan Eropa justru tidak memberikan kemajuan berarti. Ketidakpastian diplomatik ini menambah kekhawatiran pasar terhadap stabilitas pasokan energi dari Rusia di masa depan, yang pada akhirnya memberikan ruang bagi harga minyak untuk terus merangkak naik.
Baca Juga: Kemenangan Mahal Juventus atas AS Roma: Rugani Cedera, Lini Belakang Kian Krisis