Suara.com - Aktivitas penggalangan dana melalui mekanisme Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue diperkirakan akan semakin semarak pada tahun 2026.
Optimisme ini didorong oleh sejumlah faktor makroekonomi, mulai dari likuiditas pasar yang mulai melonggar hingga kebijakan fiskal pemerintah yang fokus pada pemulihan daya beli masyarakat.
Stimulus yang diberikan pemerintah diyakini mampu memacu korporasi untuk lebih agresif dalam melakukan ekspansi bisnis.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang tahun 2025 hingga tanggal 12 Desember, tercatat sebanyak 12 emiten telah merampungkan rights issue dengan total perolehan dana mencapai Rp17,5 triliun.
1. Saham INET (PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk)
INET tengah merencanakan aksi korporasi besar dengan target dana mencapai Rp3,2 triliun. Meski jadwal pastinya masih menunggu pernyataan efektif dari OJK, prospektus perusahaan telah memaparkan rencana penggunaan dana yang sangat ekspansif.
Sekitar Rp2,8 triliun akan dialokasikan untuk pengembangan jaringan Fiber to the Home (FTTH) berbasis teknologi Wi-Fi 7 melalui anak usahanya, Garuda Prima Internetindo.
Selain itu, dana segar ini juga akan mengalir ke proyek kabel laut dan perluasan jaringan internet di Pulau Jawa. INET berencana melepas 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp250 per saham—sebuah angka yang mencerminkan diskon signifikan sekitar 70% dari harga pasar saat ini.
2. Saham CBRE (PT Cansici Bina Rejeki Tbk)
Baca Juga: Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Emiten di sektor jasa pertambangan ini telah mendapatkan mandat dari pemegang saham dalam RUPS pada 18 Desember 2025 untuk melaksanakan rights issue dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. CBRE berencana menerbitkan 48 miliar lembar saham baru.
Fokus penggunaan dana CBRE cukup terdiversifikasi, meliputi pelunasan sebagian utang kepada pihak ketiga, penguatan modal kerja, hingga pengadaan armada operasional baru.
Menariknya, terdapat mekanisme konversi utang menjadi saham (debt-to-equity swap) senilai US$55 juta yang melibatkan beberapa kreditur strategis seperti Hilong Shipping dan PT Superkrane Mitra Utama Tbk.
3. Saham IRSX (PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk)
IRSX membidik pendanaan sebesar Rp3 triliun melalui penerbitan 12,3 miliar saham baru. Aksi korporasi ini semakin menarik minat investor karena menyertakan bonus waran sebagai insentif tambahan.
Dana yang terhimpun rencananya akan dialokasikan untuk belanja modal (capex) di sektor teknologi masa depan, seperti pengembangan konten short movie, AI commerce, hingga teknologi digital-twin.