Sebetulnya, logo itu logo proposal saja untuk FIFA. Sementara nanti akan ada logo lagi untuk beneran di acara 2021. Sekarang (permasalahan font) sudah beres kok.
4. Bagaimana sih awal mula font itu dibuat?
Awalnya pengin bikin sesuatu yang punya identitas visual yang tradisional. Terus saya mengambil inspirasi dari aksara Jawa.
Aksara Jawa ini kan banyak yang enggak bisa baca ya. Gimana nih cara menghadirkan identitas visualnya aksara Jawa ke aksara latin.
Lalu, aku bikin font ini. Jadi, font ini bisa dipakai untuk bisa menimbulkan kesan-kesan tradisional.
5. Kan fontnya bagus. Apa alasannya dibebaskan begitu saja?
Memang font-font saya ini kebanyakan bebaskan semua. Itu memang saya tujukan agar bermanfaatkan untuk kebudayaan dan ekonomi masyarakat. Kalau saya lindungin dan saya simpan sendiri, nanti kan enggak menimbulkan banyak manfaat untuk orang lain.
Sementara kalau saya taruh di internet dengan lisensi yang bebas, orang-orang kan dengan bebas bisa memakainya. Bahkan, untuk jualan komersial.
Dengan kayak gitu, saya bisa melihat penggunaan fontku berjejal di mana-mana. Seperti kalau pas jalan-jalan di Jogja, ketemu kaos pakai fontku, terus ke rostoran pakai fontku. Jadi, kayak senang saja bisa berkontribusi langsung terhadap kebudayaan dan masyarakat.
Baca Juga: Ayah Sekjen PSSI Meninggal Dunia, Keluarga Besar Timnas U-19 Berduka