Tidak ada yang ia tinggalkan, kecuali organisasi yang sangat dicintai, yakni PSSI. Organisasi besar yang menjadi media perjuangan bangsa.
Soeratin meninggal dunia pada 1 Desember 1959 pada usia 60 tahun. Dirinya memilih untuk hidup tenang di sisa umurnya.
Sampai tahun ini, PSSI telah menjadi bagian dari kehidupan sejarah panjang Indonesia. Soeratin memang sempat meramalkan bahwa PSSI tidak pernah lepas dari persoalan, karena setiap kepengurusan pasti mempunyai pandangannya masing-masing.
Soeratin hanya ingin memperjuangkan semangat puluhan juta pemuda Nusantara demi meraih kewibawaan dan harga diri Indonesia. Dia ingin memberi dan mengalirkan gagasan agar makna sesungguhnya dalam sepak bola dapat jadi warisan emas bagi anak cucu bangsa.
Jasanya dalam persepak bolaan nasional diabadikan dalam nama trofi yang diperebutkan dalam kompetisi sepak bola junior tingkat nasional, yakni Piala Soeratin. Terima kasih Ir Soeratin. Engkau telah menetapkan pondasi dasar untuk sepak bola Indonesia.
Engkau juga telah menginspirasi untuk mengangkat kebesaran bangsa lewat sepak bola. Sepak bola terbukti bisa menjadi pemersatu. Karena saat di lapangan, bahasanya satu, bahasa sepak bola.
Kini tonggak keberlangsungan PSSI tengah berada di tangan Mochamad Iriawan. Indonesia pun sudah dinanti perhelatan besar dalam waktu dekat, salah satunya menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021.