Saat ditanya bagaimana rasanya memburu emas Olimpiade, Pedri menjawab, "Saya berusaha menikmati setiap hari yang saya lalui karena ini menakjubkan."
"Kami sudah pasti mendapatkan perak, tetapi kami tak mau puas hanya dengan itu. Kami ingin lebih dan emas akan menjadi sumber kebanggaan bagi saya, keluarga saya dan semua orang di Spanyol," sambung Pedri.
Namun yang dilawan Pedri kali ini adalah negara bertradisi juara, sekalipun bukan satu-satunya tim terhebat yang dihadapi Pedri karena sebelum melawan Brazil ini Pedri sudah pernah menghadapi Argentina dan Italia dalam kurun satu bulan ini.
Tapi postur Brazil memang mengerikan. Negara ini lima kali juara Piala Dunia, dan juara bertahan Olimpiade setelah tiga kali menjadi finalis Olimpiade.
“Brazil memang lawan terbaik yang Anda bisa hadapi dalam final karena pemain-pemain mereka sangat berkualitas,” kata Pedri.
“Kedua negara memiliki tim hebat dan nanti itu bakal menjadi laga yang amat berat.”
Kalau pelatih Spanyol Luis de la Fuente mengandalkan Pedri, dan lima alumnus Euro 2020 lainnya termasuk kiper Unai Simon, Brazil juga tak kalah hebat, bahkan dipimpin Dani Alves yang menjadi pesepak bola terbanyak meraih trofi dalam sejarah cabang olahraga ini.
Pesepak bola berusia 38 tahun itu --FIFA hanya membolehkan tiga pemain di atas U-23 turut bertanding dalam Olimpiade-- adalah pemimpin lapangan yang efektif untuk pemain-pemain muda Brazil sampai sukses ke final Olimpiade.
Alves sudah enam kali mengangkat trofi Liga Spanyol, tiga kali trofi Liga Champions, semuanya bersama Barcelona, satu kali trofi Serie A bersama Juventus dan dua kali Liga Prancis bersama Paris St Germain.
Saat mewakili Brazil, prestasinya tetap hebat. Kecuali Piala Dunia yang belum pernah direngkuhnya, Alves sudah dua kali membawa Brazil menjuarai Copa America.