Dengan kata lain, pengadil di lapangan pun harus mematuhi durasi yang ditentukan. Dengan catatan boleh menambah durasi, namun tak boleh kurang dari waktu yang telah ditentukan.
Dikutip dari laman Football Stadiums, masa Injury Time saat ini tak sepenuhnya akurat. Adanya penambahan waktu yang diberikan wasit sejatinya hanyalah kesepakatan wasit dan wasit ke-4 bukan karena faktor buang-buang waktu seperti yang tertulis dalam aturan.
Definisi buang-buang waktu yang termasuk dalam panduan FIFA dan FA tak menjelaskan secara spesifik apa saja kegiatan yang masuk kategori membuang-buang waktu. Alhasil, buang-buang waktu masih diperagakan oleh para pemain dengan cara yang berbeda-beda.
Sebagai contoh ada tendangan ke gawang di mana kiper akan membuang waktu dengan mengubah posisi bola atau menarik kaus kakinya.
Lain pula dengan Outfield Player yang membuang-buang waktu saat melakukan lemparan ke dalam dengan menahan bola dan saat mengambil tendangan bebas.
Meski demikian, wasit memiliki hak istimewa untuk menghukum pemain dengan memberi kartu kuning kepada pemain yang dianggap mengulur-ulur waktu.
Masih dalam laman yang sama, laman statistik FiveThirtyEight menyebutkan pada Piala Dunia 2018 lalu, rata-rata tambahan waktu yang diberikan di 2 babak akhir adalah 6 menit 59 detik.
Merujuk aturan FIFA, seharusnya rata-rata masa Injury Time pada Piala Dunia 2018 adalah 13 menit 10 detik. Sehingga, adanya ketidakselarasan yang masih berlangsung antara aturan dan kenyataan di sepak bola saat ini.
Maka jangan heran, saat ini muncul ide bahwa sepak bola akan meniru basket yakni saat bola keluar lapangan atau terdapat insiden, waktu pertandingan akan dihentikan.
Baca Juga: PON Papua: Pelatih Tim Sepak Bola Putra Papua Puji Kedalaman Skuadnya
Ide ini semata-mata ditelurkan agar tak ada kejadian buang-buang waktu sehingga tak ada tim yang dirugikan maupun diuntungkan.