Plus Minus Timnas Indonesia Pindah ke EAFF atau Tetap di AFF

Rully Fauzi Suara.Com
Jum'at, 22 Juli 2022 | 13:34 WIB
Plus Minus Timnas Indonesia Pindah ke EAFF atau Tetap di AFF
Momen saat Timnas Indonesia U-19 tersingir di fase grup Piala AFF U-19 2022 Indonesia. [ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah]

Di Afrika misalnya. Seperti juga Asia di mana wilayah barat dan timurnya lebih maju dunia sepak bolanya, Afrika juga begitu.

Di Afrika, bagian barat dan utaranya adalah dua kawasan yang paling sukses, termasuk dalam Piala Afrika dan putaran final Piala Dunia.

Di benua Amerika faktor jarak juga menjadi pertimbangan. Jarak tepi utara benua ini di Alaska sampai tepi selatannya di Argentina, adalah yang terjauh di dunia.

Jangan lupakan pula faktor budaya. Salah satu yang mempersatukan Amerika Selatan adalah kesamaan budaya sesama bekas koloni Portugal dan Spanyol.

Kedekatan geografi dan kultural membuat tim-tim Amerika Selatan lebih kerap bertemu satu sama lain ketimbang dengan tim-tim Amerika Utara.

Bukan hanya secara budaya berbeda dari Amerika Selatan, Amerika Utara juga baru serius menggeluti sepak bola profesional setelah Amerika Selatan lama mendominasi sepak bola global.

Keadaan di tiga benua itu berbeda dengan Eropa yang satu sama lain berdekatan. Ditambah iklim sepak bolanya yang kompetitif, bagian mana pun dari Eropa diisi oleh tim hebat.

Di utara, ada Denmark, Swedia, Belanda dan Belgia. Di tengah, ada Jerman. Di timur, ada Ceko, Rusia dan Polandia. Di barat, ada Inggris dan Prancis. Sedangkan di selatan, ada Portugal, Spanyol, Italia, dan Kroasia.

Oleh karena itu, jika tujuannya mencari zona lebih kompetitif, maka kepindahan Indonesia ke federasi Asia Timur adalah langkah yang tepat.

Baca Juga: Bima Sakti Janji Timnas Indonesia Main High Pressing di Piala AFF U-16 2022

Sebaliknya, jika pertimbangannya emosi karena tersisih dalam sebuah turnamen akibat prilaku tim lain, maka bisa menjadi bumerang.

Lagi pula, sepak bola, dan olahraga pada umumnya, kadang juga menyangkut faktor di luar olah raga seperti persahabatan dan kedekatan emosi entah karena dekat secara geografis, kultural, atau historis.

Bagi Indonesia sendiri, Asia Tenggara sudah pasti lebih dekat secara geografis dan kultural dibandingkan dengan kawasan-kawasan Asia lain, termasuk Asia Timur.

Benar kompetisi di Asia Tenggara acap tidak fair, namun bergabung dengan federasi lain karena alasan di luar meningkatkan kualitas sepak bola nasional adalah tak terlalu bijak dan bisa memupuk sentimen negatif dari rekan satu kawasan.

Yang lebih dibutuhkan saat ini adalah mendorong AFF lebih meninggikan fair play dan menguatkan komisi disiplinnya dengan memberinya kekuasaan lebih besar dalam mengenakan sanksi kepada tim anti-fair play dan lebih independen dalam menginvestigasi pertandingan menjurus match-fixing.

Selain itu, mungkin harus ada mekanisme tambahan yang bisa memaksa semua pihak di Asia Tenggara memerangi match-fixing dalam semua bentuk di semua level kompetisi sepak bola.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI